Total Tayangan Halaman

Kamis, 23 September 2010

artikel ilmiah POTENSI KARST DI GUNUNG KIDUL

POTENSI PEGUNUNGAN KARST DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Dwi wijanarko[1], siti bariah1,

 pendidikan geografi, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jln. A. Yani tromol Pabelan Surakarta 57102 telp (0271)717417-719483 Fax (0271)715448
http//www.ums.ac.id email ums@ums.ac.id

ABSTRAK
Gunung kidul adalah daerah kering yang berada di kawasan karst yang sebenarnya merupakan daerah yang kaya akan potensi alam seperti sumber air bersih, serta sumber bahan baku industri. Namun SDM kita yang belum mampu mengolah semua itu menjadi hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih layak. Pemanfaatan daerah gunung kidul sudah diusahakan oleh pemerintah dengan berbagai penyuluhan dan usaha misalnya usaha pemanfaatan sumber air dari sungai bawah tanah, pemanfaatan batu gamping untuk bahan baku industri yang dapat meningkatkan pendapatan maupun kesejahteraan penduduk sekitar.  
Selain itu dikawasan karst kabupaten gunung kidul juga menyimpan potensi alam di bidang pertanian, kehutanan, dan pariwisata. Karena wilayah gunung kidul mempunyai jalur pantai yang panjang sehingga menyimpan potensi pantai yang dapat digunakan pada sektor pariwisata, karena gunung kidul mempunyai wilayah luas sehingga dapat digunakan pada sektor perhutanan terutama penanaman pohon jati.
Kata kunci: potensi karst di gunung kidul

PENDAHULUAN
 Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan dibawah permukaan bumi. Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es dan evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama pembentukanya bukan pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst (Milanovic, 1996). Sementara itu karst yang terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst. (Sari Bahagiarti, 2004).
Salah satu potensi yang ada di daerah karst gunung kidul adalah air bawah tanah yang tersimpan dalam bentukan morfologi karst, dimana batuan karbonat bertindak sebagai akuifer dengan jumlah penyimpanan air tanah yang melebihi akifer jenis lain, potansi lain yang berda di kawasan karst adalah tambang batu kapur dan pemanfaatan lahan untuk obyek pariwis. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan luas wilayah ± 1.485,36 km2 atau ± 46,63% dari keseluruhan luas wilayah DIY, dengan garis pantai ± 70 km. Secara astronomis Kabupaten Gunungkidul terletak diantara 110°46' - 110°50' BT dan 7°46'-8°09' LS. Dengan Wonosari sebagai ibukota. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, DIY. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Wonogiri, jawa tengah.

METEDOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan data-data sekunder yaitu pengumpulan  data artikel dan laporan ilmiah tematik yang berkaitan dengan potensi karst. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu (Sugiyono, 2004:1):
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis menggunakan metode analisis data sekunder. Untuk memperoleh fenomena persebaran, digunakan pendekatan analisisi keruangan. Dan data penelitian secara umum terdiri dari tujuh bagian, yaitu aspek geografi, demografi, penggunaan lahan, fisik lahan, pertanian, ekonomi, dan kebijakan pembangunan. Sebagian besar data sekunder diperoleh dari jurnal dan artikel ilmiah Analisa data menggunakan cara penilaian berbagai komponen pembentuk, berdasar prinsip teknik analisis kuantitatif dan kuantifikasi data.
                Teknik kuantifikasi data kualitatif menekankan pada pemilihan data untuk memperoleh  beberapa potensi sumberdaya fisik, sumberdaya biotik, dan potensi sumberdaya budaya penduduk. Analisis tingkat perkembangan setiap potensi menggunakan analisis deskriptif kualitaif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.        Keadaan alam
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota diProvinsi DIY, beribukota di Wonosari dan terletak 39 km sebelah tenggara KotaYogyakarta. Terletak pada daerah perbukitan dan pegunungan, secara geografis terletak antara 110° 46‘ – 110° 50’ Bujur Timur dan 7° 46’- 8° 09’ Lintang Selatan. Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan bervariasi, 18,19% diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 0°-2°, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan antara 15°-40° sebesar 39,54% dan untuk kemiringan lebih dari lebih dari 40° sebesar 15,95%. Berdasarkan topografi, jenis batuan, jenis tanah, ketinggian, dan keadaan hidrologi/sumber air, wilayah Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi tiga zona wilayah sebagai berikut:
·         Zona utara atau zone Batur Agung, meliputi wilayah Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong Utara.
·         Zona tengah atau zona Ledok Wonosari atau Cekungan Wonosari, meliputi wilayah Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan Semanu bagian utara.78
·         Zona selatan atau zona Gunung Seribu, meliputi wilayah Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Giri Subo, Semanu Selatan dan Ponjong Selatan.
Jadi berdasarkan pembagian wilayah tersebut wilayah zona tengah dan zona selatan terdapat daerah pegunungan karst.

a.       Sungai bawah tanah

Sebagai sebuah sistem, maka sungai bawah tanah mempunyai potensi sebagai pemasok utama sumberdaya air, sungai bawah tanah tentu mempunyai input atau media penyimpan yang tentu saja dapat berkurang simpanannya jika perilaku alami penyimpanan yang merupakan bagian dari siklus hidrologi secara umum terganggu oleh aktivitas manusia, untuk itulah kegiatan bermotif ekonomi pada sistem ini harus dilakukan dengan penuh kehatihatian.
Ford dan Williams (1992) mendefinisikan istilah karst sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan yang mudah larut (soluble rock) dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Sebagai akibatnya, kawasan karst dicirikan dengan minimnya sungai permukaan dan berkembangya jalurjalur sungai bawah permukaan (sungai bawah tanah=SBT). Karst di wilayah Gunung Kidul termasyhur di dunia dengan sebutan karst Gunung Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes (1910) dan Lehmann (1936). Karst ini dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (kegelkarst), yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal. Kegelkarst oleh Sweeting (1972) dikategorikan sebagai bagian dari tipe karst tropis.
Apakah karst Gunung Sewu di Kabupaten Gunung Kidul miskin air? Dari hasil inventarisasi oleh MacDonalds and Partners (1984), ternyata terungkap bahwa terdapat beberapa SBT dengan debit yang besar dan melimpah (Bribin1500 lt/dt, Seropan –400 lt/dt, Baron8000 lt/dt, Ngobaran150 lt/dt), terdapat belasan sistem SBT dengan debit dibawah 100 lt/dt, dan terdapat pula ratusan mataair dengan debit yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa sistem SBT dan keluarannya berupa mataair tentunya mempunyai kantong-kantong
atau reservoir air yang mengimbuhnya dalam jumlah simpanan yang besar.
Diketahui awalnya air sungai bawah tanah di Bribin dipompa ke atas dengan menggunakan tenaga listrik. Kemudian  Menteri Pekerjaan Umum menjelaskan bahwa awal tahun 2010 pompa tenaga air di Bribin mampu menggantikan pompa tenaga listrik, memompa air sebesar 80 liter perdetik setinggi 246 meter.
Dimulai dari sungai bawah tanah, tenaga air yang ada menghidupkan pompa air tersebut mendorong air ke permukaan tanah setinggi 104 meter melalui pipa berdiameter 20 cm sejauh 3,5 km mendaki bukit, setinggi 144 m. Air dari sungai bawah tanah tersebut, akhirnya ditampung di reservoir berkapasitas 1000 meter kubik di puncak bukit Kaligoro setinggi 144 m. Disamping itu tenaga air sungai bawah tanah ini juga menghasilkan listrik yang sementara ini dipasang tidak terlalu besar, yakni sekitar 200 kilowatt.


2.        Ekonomi
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul termasuk terendah bila dibanding dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakankebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah) (Arsyad,2005:108).
Adapun pendapatan perkapita masyarakatnya adalah termasuk rendah dan paling rendah di tahun 2006. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi DIY dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 4,33% menjadi 3,82%, dan selama lima tahun terakhir adalah yang terendah dibanding kabupaten/kota yang lain, dengan perkecualian Kabupaten Bantul yang merosot tajam dari 4,99% menjadi 2,02% di tahun 2006 akibat bencana alam gempa bumi 27 Mei 2006, dimana Kabupaten ini yang menderita kerusakan paling parah. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY pada tahun 2006 pada umumnya menurun seperti juga yang dialami Kabupaten Kulon Progo 4,05%, Sleman 4,50% dan Kota Yogyakarta 3,96%.

a.       Industri
Bukit karst di Gunungkidul memang terpanjang di Propinsi DIY. Total mencapai 79.769,34 hektar. Potensi Industri yang berkembang di daerah karst adalah tambang batu kapur. Hampir setiap hari mereka menggali batu yang terdapat di bukit dengan menggunakan peralatan sederhana, dan dijual kepada pengusaha dengan harga Rp 6 ribu per meter kubik. Rata-rata sehari mereka bisa menjual 3 meter kubik, sehingga penghasilan kotor bagi penambang rakyat hanya Rp 18 ribu.
Dari sekian banyak penambang, ada yang berskala kecil, ada pula yang berskala besar. Salah satunya PT Sugih Alam Anugroho bisa memproduksi 500-600 ton per bulan. Perusahaan ini melibatkan 98 karyawan. Belum termasuk tenaga musiman. Karena masyarakat sekitar, jika tidak sedang bertani, mereka ikut pula menambang karst. Hasilnya lumayan. Satu rit bisa mencapai Rp 45 ribu.
Menurut Oemar Sanoesi (72), Pimpinan Perusahaan PT Sugih Alam Anugroho,  selama ini produknya dikirim ke Jakarta. Batu kapur merupakan bahan baku yang bagus untuk pembuatan cat dan keperluan rumahtangga yang terbuat dari plastik.
Perusahaan tersebut memiliki satu bukit karst seluas 3 hektar di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Tahun 1990-1991 bukit itu dibeli dengan harga Rp 5-Rp 10 ribu per meterpersegi. "Dengan harga seperti itu, total Rp 500 juta saja masih kurang," kata Oemar. Paling banyak bukit itu dimiliki penduduk dengan bukti kepemilikan surat model E atau letter C. Tapi kondisi sekarang, lanjut Oemar, bukit karst yang dekat dengan pabrik, per meternya sudah mencapai harga Rp 20 ribu.
b.     Pertanian
Di Kabupaten Gunungkidul, berdasarkan topografi, jenis tanah, ketinggian wilayah dan keadaan hidrologi, wilayah administrasi Gunungkidul dapat dibagi menjadi tiga zona/ wilayah dengan potensi pertanian yang beragam (BIPP, 2000).Zona wilayah administrasi dan potensi komoditas pertanian meliputi:

1. Zona Utara atau Zona BaturAgung
Zona Utara meliputi kecamatan: Patuk, Gedangsari, Ngawen, Semin, Nglipar, dan Ponjong Utara. Wilayah ini potensial untuk tanaman jangka panjang (tanaman perkebunan, dan bebuahan), tanaman semusim (padi, palawija), dan perikanan kolam, serta pembibitan ternak besar/ sapi.
2. ZonaTengah atau Zona Ledoksari
Zona Tengah meliputi kecamatan: Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan Semanu utara.Wilayah  Zona ini potensial untuk tanaman semusim (padi, palawija, dan sayuran), tanaman dua tahunan seperti pisang, juga kolam ikan, dan usaha ternak penggemukan maupun pengembangan.
3. Zona Selatan
Zona selatan meliputi kecamatan: Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Rongkop, Semanu selatan, dan Ponjong selatan. Wilayah didominasi oleh tanah kompleks litosol dan mediteran merah dengan bahan induk batuan kapur dan merger. Pada zona ini ditemukan sungai- sungai di bawah instant tanah. Zona ini potensial untuk tanaman semusim (padi, palawija), tanaman pisang, perikanan umum (telaga, perikanan tangkap), serta usaha ternak besar (sapi, kambing).
Dalam sektor pertanian gunung kidul mempunyai potensi yang sangat baik untuk Tanaman wijen (Sesamum indicum L.) Untuk pertumbuhannya, tanaman wijen menghendaki suhu tinggi dengan udara kering dan suhu optimal 25 27oC, sedangkan untuk pembungaan membutuhkan suhu 24oC (Weiss, 1971). Pembungaan pada tanaman wijen membutuhkan lama penyinaran 10 jam per hari (Soenardi, 1996). Berat biji wijen koleksi Balittas, Malang per 1.000 biji berkisar antara 2 4,5 gram (Suprijono dan Soenardi, 1996). Nilai ekonomis komoditas wijen cukup baik dilihat dari kandungan gizi dengan kadar asam lemak tidak jenuh yang tinggi dan kandungan mineral yang dimiliki (Weiss, 1971). Kebutuhan pasar yang belum tercukupi serta toleran pada lahan kering, maka tanaman ini cukup potensial untuk dikembangkan di lahan kering (Nurheru dan Soenardi,2002). Wilayah Kecamatan Playen merupakan dataran tinggi dan berbukit dengan ketinggian bervariasi antara 0 700 m dpl. Kecamatan Playen memiliki lahan kering cukup luas dengan kondisi lahan yang kurang subur sehingga tidak semua tanaman cocok dibudidayakan. Kecamatan Playen memiliki suhu minimum 15,2oC dan maksimum 28,9oC (Sutardi et al., 2001). Berdasarkan kondisi lahan dan agroklimatnya, wilayah Kecamatan Playen cocok untuk pengembangan tanaman wijen.

c.        Pariwisata.
Peran alam sebagai sumber daya alam dalam kepariwisataan adalah sangat besar dan penting. Temuan dari sumber alam yang lain selain dari sektor migas diharapkan mampu membantu bahkan mengalih fungsikan sebagai dukungan perekonomian dan diperkirakan mempunyai peluang besar, baik di pasaran Nasional maupun Internasional adalah sektor pariwisata atau industri (J. Spillane, 1992).
Hal tersebut dapat dilihat dari klasifikasi jenis obyek dan daya tarik dimana wisata alam menempati prosentase yang paling tinggi. Di Indonesia motivasi kunjungan wisata baik asing maupun domestik sebagian adalah karena sumber daya alam, sedangkan jumlah obyek dan daya tarik wisata untuk ini perlu ditingkatkan pengetahuan seluruh aparat yang bergerak dalam bidang pariwisata dengan pendidikan. Di Indonesia 52,24% nya adalah termasuk sumber daya alam sebagai dasar asetnya (Weiler, 1992 dalam Wiendu Nuryati 1995) aset wisatawan negeri tersebut adalah jenis wisatawan alam,
Pada Senin, 6 Desember 2004 yang lalu di Wonosari, ibu kota Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan suatu kawasan geologis di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai kawasan ekokarst. Kawasan yang dimaksud adalah pegunungan selatan di Jawa bagian tengah yang batuannya terdiri atas batu gamping atau batu kapur. Satu kawasan terdapat di Gombong Selatan pada Pegunungan Karangbolong, Kabupaten Kebumen, dan lainnya di kawasan yang sangat luas dikenal sebagai Gunung Sewu yang menyebar di garis pantai sepanjang ± 70 km yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata alam pantai. Saat ini Kabupaten Gunugkidul memiliki 46 pantai yang tersebar di sepanjang garis pantai selatan, dapat dilihat secara lebih rinci pada Tabel 1.2 berikut.
.Kabupaten Gunung Kidul DI Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Pacitan Jawa Timur.

Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi wisata yang cukup potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam pantai, gua, bukit dan pegunungan maupun potensi seni budaya dan peninggalan sejarah yang beragam dan tersebar di hampir 18 kecamatan.
Pada tahun 2006 ada 15 pantai yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul sebagai obyek wisata dan secara kontinyu telah menarik pengunjung wisatawan dan sudah dikenal di masyarakat umum. Sedangkan pada pantai Slili dan Pantai ngandong dijadikan satu kesatuan dalam pengelolaan dalam satu obyek wisata, dikarenakan letak pantainya yang saling berhimpitan sehingga oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunungkidul menetapkan 14 obyek wisata pantai yang telah dikembangkan. Tabel 1.3 berikut merupakan obyek wisata pantai yang telah ditetapkan tersebut.


3.       Penduduk
Wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten terluas diProvinsi DIY, yaitu 1.485.360 km2 atau 46,63% dari seluruh wilayah Provinsi DIY, meliputi 18 kecamatan, 144 desa dan 1.431 dusun, 3114 RW, 7077 RT, dengan rincian jumlah menurut kecamatan seperti terlihat dalam Tabel1.4.
Jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 sebanyak 683.444 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 460/km2. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Gunungkidul dari tahun ke tahun 2006 sebesar -1,77%.  Gambaran Penduduk Kabupaten Gunungkidul, 2002, 2003, 2004, 2005 dapat dilihat pada Tabel .1.4
Pengukuran perekonomi penduduk tidak hanya dapat diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat semata, akan tetapi juga diukur dari kualitas hidupnya. Salah satunya dengan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Skala IPM tersebut hingga kini digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan suatu bangsa di berbagai penjuru dunia. Dilihat dari aspek yang menjadi indikator dalam penghitungan IPM, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan penduduk, Kabupaten Gunungkidul menempati peringkat terendah di tingkat Provinsi DIY. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pembangunan di Kabupaten Gunungkidul secara kualitas belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan



KESIMPULAN


                Daerah gunung kidul merupakan daerah yang banyak menyimpan potensi alam yang sangat bermanfaat dalam kehidupan apabila SDM kita benar-benar mampu mengelolanya. Sebab dalam pengelolaan potensi yang ada dibutuhkan ussaha yang keras serta biaya yang tidak sedikit. Pertumbuhan ekonomi wilayah di Kabupaten Gunungkidul adalah kecil menyebabkan lapangan kerja yang tersedia terbatas  pengangguran meningkat, pendapatan masyarakat menurun, daya beli masyarakat rendah. Maka menjadi tugas kita para generasi muda untuk terus belajar dan memanfaatkan sumber potensi yang ada untuk dijadikan tantangan yang harus ditaklukkan.
------------------------------------------------------Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Amin selaku pembimbing ,orang tua kami,teman dekat kami dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti rahayu.(2008)sebuah kajian wilayah yang kurang berkembang. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota ,Universitas Diponegoro Semarang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Gunungkidul 2005-2010. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. 2006.
Tim Fak.Geografi UGM. 2003. Kajian Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Karst di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BAPEDALDA D.I. Yogyakarta dan Fakultas Geografi UGM.
Amdani suut.(2008) Analisis Potensi Obyek Wisata Alam Pantai di Kabupaten Gunungkidul. FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (skripsi)
Astrid Damayanti, Ranum Ayuningtyas .Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Pantai Karst Kabupaten Gunungkidul. Jurnal ilmiah Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,Depok
Su Ritohardoyo.(2003); Perubahan Permukiman Perdesaan Pesisir Kabupaten Gunung kidul Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003 Artikel ilmiah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada


























[1] Mahasiswa jurusan pendidikan geografi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar