Total Tayangan Halaman

Jumat, 24 Desember 2010

Geomorfologi

Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan. atau juga Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi.
Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age).Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.
Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang dapat diartikan “perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi”. Akan tetapi secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973). Dalam bahasa Indonesia banyak orang memakai kata bentangalam sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan menjadi Ilmu Bentangalam.
Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya bila orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah dapat dikatakan pula orang menceritakan geomorfologi daerah itu atau bentangalam daerah itu.
Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi ini. Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi. Sering kedua kata itu dicampur-adukkan. Agaknya bagan pada Gambar 1 dapat membantu membedakan kedua kata itu.
Sejarah Geomorfologi
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh, HERODUTUS (485 – 425 S.M.) yang dianggap sebagai “bapak sejarah” dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini antara lain ARISTOTLE, STRABO dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
JAMES HUTTON (1726 – 1797) dikenal sebagai “bapak geologi modern” yang menerangkan gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat. Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai teori uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa “hari ini adalah kunci dari kejadian pada masa lampau” atau istilah asingnya adalah the present is the key to the past.
Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis, yang hanya mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa pengaliran sungai secara matematika.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh.
Konsep Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology mengemukakan 10 konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:
i. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi;
ii. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan (land forms);
iii. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-proses geomorfologi yang berlangsung;
iv. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung;
v. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yang terbentuk;
vi. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;
vii. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari Pleistosen;
viii. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen;
ix. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik yang beragam;
x. Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.
PROSES GEOMORFOLOGI
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan, air bawah tanah, glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman muka bumi ini.
PEMBENTUKAN
Tenaga Asal dalam
Pembentukan struktur
Pembentukan gunungapi
PENGRUSAKAN
Tenaga Asal luar
Gradasi (perataan)
Pelapukan
Tenaga dari luar bumi
Jatuhan Meteorit
PENGANGKUTAN
Tenaga Asal luar
Pengangkutan bahan (mass wasting)
Erosi oleh:
Air permukaan
Air bawahtanah
Gelombang
Arus
Angin
Es
Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisma, termasuk manusia
Gradasi (gradation) adalah proses permukaan bumi menuju perataan. Perataan pada bidang yang lebih tinggi letaknya daripada bidang mula asalnya misalnya dengan adanya penumpukkan bahan-bahan dinamakan dengan proses agradasi (agradation). Sedangkan sebaliknya yaitu pemindahan bahan-bahan dari bidang permukaan itu dinamakan degradasi (degradation)
Degradasi
Proses degradasi yang telah kita kenal dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pelapukan, pengangkutan bahan, dan erosi. Berikut ini ketiga proses tersebut dibahas secara umum.
a. Pelapukan
Berdasarkan beberapa definisi dari para pakar (Strahler & Strahler, 1984; Thornburry, 1969; Cargo & Mallory, 1974; Von Engeln, 1960; dll.) dapat disimpulkan bahwa pelapukan adalah proses penghancuran batuan atau permukaan bumi oleh proses kimia, fisika, dan biologi. Pelapukan sering disebut pula sebagai proses desintegrasi atau dekomposisi. Dari ketiga macam proses degradasi yang telah disebutkan, pelapukan dianggap sangat penting karena dapat mempercepat kedua proses lainnya.
Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan karena berhubungan dengan udara, air, dan organisma. Pelapukan digolongkan sebagai pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung kepada penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik, tenaga yang berupa tekanan dan temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan pada pelapukan kimiawi reaksi kimia menyebabkan perubahan pada komposisi kimia batuan. Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil yaitu dengan pemecahan atau desintegrasi. Penyebab terjadinya desintegrasi dapat berupa pengembangan karena berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal, pengembangan dan pengerutan karena pemanasan dan pendinginan, serta pengisian koloid. Batuan sangat sering pecah melalui bidang pelapisannya oleh karena bidang ini lemah. Proses ini dinamakan exfoliation.
Pelapukan kimiawi dapat disebabkan karena oksidasi, hidrasi, dan karbonisasi. Dengan proses oksidasi batuan kemudian mempunyai volume yang lebih besar atau mengembang dan berat jenisnya menjadi kecil. Oksidasi pada batuan yang mengandung besi menghasilkan hematite yang berwarna coklat kekuning-kuningan. Hidrasi menghasilkan perubahan volume pada tiap molekul batuan yang disebabkan oleh masuknya air. Akibat perubahan volume ini maka batuan mengelupas menghasilkan keratan-keratan yang tipis-tipis. Pada proses karbonisasi, terbentuk karbonat sebagai hasil reaksi asam karbonat dengan mineral pada batuan. Batuan yang mudah larut seperti batugamping akan mengalami proses karbonisasi ini. Asam karbonat terbentuk karena udara yang mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan adanya air. Gambar 2.3 berikut ini menggambarkan reaksi yang terjadi dalam pelarutan batugamping. Dengan reaksi ini pelapukan kimia berlangsung yang mengakibatkan proses pelarutan pada batugamping terjadi.
CaCO3 + H2O + CO2 -> Ca(HCO3)2
Pelapukan organik sebenarnya merupakan kombinasi antara kedua jenis pelapukan yang telah diuraikan sebelumnya, disebabkan karena tumbuh-tumbuhan ataupun makhluk hidup, misalnya akar pepohonan, cacing, dsb. Baik larutan kimia maupun energi yang dihasilkan oleh organisme, dapat mempercepat proses pelapukan batuan.
Pelapukan batuan di satu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi umat manusia. Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak sehingga memudahkan umat manusia untuk mengelola suatu bentang alam tertentu menjadi lahan budidaya (misalnya lahan pertanian).
b. Pengangkutan (mass wasting)
Pengangkutan bahan-bahan (mass wasting) adalah pengangkutan material hasil proses pelapukan oleh agent-agent tertentu. Pada proses pengangkutan, gaya berat dan air memegang peranan yang sangat penting. Pengerahan bahan-bahan ini dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat. Berdasarkan kecepatannya dan jumlah air yang mengangkutnya orang mengenal tanah longsor, debris avalanches, aliran tanah, aliran lumpur, sheetfloods, dan slopewash. Pada Gambar 2.5 berikut ditampilkan bagan yang menjelaskan jenis-jenis pengangkutan yang terjadi di permukaan bumi.
M E N G A L I R
MENGALIR PERLAHAN
RAYAPAN
- Rayapan tanah
- Rayapan talus
- Rayapan batuan
- Rayapan batuan karena glecier
BANJIR
LUMPUR (Solifluction)
MENGALIR CEPAT
ALIRAN TANAH
ALIRAN LUMPUR
LONGSOR/ RUNTUHAN SALJU (debris avalanche)
LONGSOR
NENDATAN (slump)
LONGSORAN (slide)
JATUHAN (debris fall)
LONGSOR BATUAN (rock slide)
JATUHAN BATUAN (rock fall)
RUNTUH
RUNTUH (subsidence)
c. Erosi
Erosi berasal dari kata Latin erodere, artinya mengerkah atau mengampelas. Seperti arti asalnya, erosi adalah proses pengerkahan atau pengumpulan bahan-bahan terutama oleh air. Proses pelapukan dapat mempercepat proses erosi. Orang awam sehari-hari mengartikan erosi sebagai pengrusakan dan pengangkutan bahan-bahan dari tanah penutup. Dalam arti geologi erosi lebih tepat untuk dipakai sebagai proses pengampelasan baik batuan segar maupun lapukan atau tanah penutup.
Definisi erosi cukup beragam, namun dapat disimpulkan bahwa erosi merupakan proses di permukaan bumi yang berlangsung secara gradual yang diakibatkan oleh aktivitas air, angin, salju maupun media geologik lainnya (SCSA, 1976, dalam El-Swaify et. al., 1982; Strahler & Strahler, 1984; Field & Engel, 2004). Arnoldus (1974, dalam El-Swaify et. al., 1982) mengusulkan klasifikasi erosi secara umum menjadi erosi geologi (geological erosion) dan erosi yang dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi terjadi secara alami, umumnya berlangsung dalam jutaan tahun dan seimbang dengan perubahan-perubahan di alam. Erosi yang dipercepat diakibatkan oleh aktivitas manusia, umumnya bersifat mengubah kondisi alami secara drastis.
Erosi yang diakibatkan oleh pengerjaan air dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu (Van Zuidam, 1983), yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi lembaran (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi selokan (gully erosion).
Erosi percikan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan ketika tetes-tetes hujan jatuh ke permukaan batuan/tanah. Besarnya material yang tererosi akan setara dengan besarnya energi yang dihasilkan oleh percikan air hujan tersebut. Erosi lembaran didefinisikan sebagai perpindahan serentak material batuan/tanah membentuk lapisan tipis mengikuti arah kemiringan lahan. Erosi alur merupakan bentuk erosi yang paling umum, terjadi ketika material batuan/tanah dipindahkan oleh air yang menyisakan bentuk alur di permukaan. Erosi selokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari tahapan erosi alur, berukuran lebih besar dibandingkan alur yang terbentuk akibat erosi alur.
Agradasi
Agradasi yaitu penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya angkut berhenti, misalkan karena lereng tempat berlangsungnya pengangkutan tidak lagi berlanjut melainkan berubah menjadi datar. Maka pada tempat tersebut akan terjadi penumpukan bahan dan permukaan tanah menjadi lebih tinggi dibanding dengan permukaan asal.
Contoh yang paling baik dari agradasi adalah pengendapan aluvium dan endapan glacier. Endapan aluvium dapat dikenal bermacam-macam pula, sebagai contoh endapan talus, kipas aluvium (aluvial fan) dan kolovium
SIKLUS PERKEMBANGAN SUNGAI
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, air merupakan unsur pelaksana utama pengrusakan tenaga asal luar. Suatu daerah pertama-tama akan terangkat oleh tenaga asal dalam dan proses ini dinamakan proses pembentukan. Sedangkan pada proses yang dilakukan oleh air permukaan dinamakan proses pengrusakan. Keduanya pada akhirnya bekerja dalam satu hubungan yang erat yang dinamakan siklus: “Pengrusakan – Pengangkutan – Pengendapan – Pembentukan.”
Di daerah beriklim tropik lembab yang mempunyai angka curah hujan tinggi seperti Indonesia, peranan air permukaan ini sangat penting.
Lembah
Permukaan lereng mula-mula dikikis atau dierosi membentuk lembah kecil (gully). Bila tidak, air mengikis daerah yang luas bersama-sama sehingga tidak terbentuk lembah kecil tersebut. Erosi semacam ini dinamakan erosi memipih atau lembaran (sheet erosion). Gully lambat laun berubah menjadi lembah yang makin lama makin dalam. Lembah muda ini biasanya berbentuk huruf V (V shape valley), dasar lembah sempit dan lerengnya terjal. Lembah yang dewasa (mature) dan tua (old) membentuk diri menyerupai huruf U yaitu dengan dasar lembah yang makin rata. Bentuk lembah yang demikian ini dapat pula terjadi akibat pekerjaan es (glacier).
Selain air itu sendiri yang bekerja mengikis secara vertikal di bagian hulu, tepi lembah serta dasar lembah, juga bahan-bahan yang dibawanya ikut mengampelas dasar sungai atau lembah itu sehingga makin lama makin dalam. Kemampuan mengampelas ini ada batasnya yaitu apabila air sudah tidak bergerak lagi, atau bilamana mencapai muka laut. Oleh karena itu permukaan ini dinamakan orang erosion base level. Di bawah muka ini tidak terjadi erosi. Dengan begitu profil dasar sungai atau lembah akan mempunyai bentuk tertentu apabila sudah mencapai keseimbangan yang pada umumya membentuk kurva yang cekung perlahan-lahan. Kadang-kadang sebuah danau atau waduk menahan jalannya air dan menghentikan aktivitas pengampelasan. Karena itu maka air waduk atau air danau itu dinamakan batas dasar sewaktu-waktu atau setempat (temporary or local base level).
Keseimbangan dan bentuk profil dasar lembah atau sungai yang ideal terbentuk jika kekerasan batuan sama di semua tempat (homogen) yang dilalui sungai tersebut. Di alam, keadaan yang demikian jarang dijumpai. Batuan keras akan menonjol dan dinamakan titik jendul (nick point) yang akan menyebabkan pula terbentuknya permukaan dasar erosi setempat di tempat tersebut.
Pola pengaliran
Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya atau hubungan antara air permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah. Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola atau pattern.
Kekerasan batuan di permukaan bumi berlainan di satu tempat dengan tempat lainnya yang tentu saja akan membentuk beraneka ragam jenis pola pengaliran. Kenampakan tersebut dapat dengan jelas dilihat pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit. Dari bentuk atau jenis pola itu orang dapat menafsirkan jenis batuan atau gejala struktur geologi lainnya
Pola pengaliran dasar
1. Pola pengaliran mendaun (dendritik) terjadi karena kekerasan batuan relatif sama (homogen) dan lereng tidak terlalu curam. Hubungan antar satu sungai dengan sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan cabang-cabangnya. Bila sudut antara tiap-tiap cabang sama, maka dinamakan pinnate.
2. Pola pengaliran sejajar (paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran dendritik tetapi lereng agak terjal sehingga air bergerak dengan cepat dan tidak sempat bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.
3. Pola pengaliran menangga (trellis) terdapat di daerah yang terlipat. Kekerasan batuan yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras mengakibatkan sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong batuan keras dan menyusuri batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila menyusuri bagian lemah yang sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai yang sejajar dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah anak sungai yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat memberi keterangan tentang daerah terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.
4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang telipat dan lipatannya membentuk kubah (dome).
5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat ataupun gunungapi. Terutama pada daerah bergunungapi, pola ini sangat sering dijumpai dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-sungai mengalir dari satu pusat ke segala arah, memancar (radial) atau disebut juga centrifugal.
Bila sebaliknya yaitu pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat) disebut dengan pola pengaliran centripetal.
6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatah-patah atau banyak terdapat retakan sehingga sungai terpengaruh oleh letak retakan-retakan tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut antara sungai-sungai itu runcing, maka pola pengaliran dinamakan angulate. Sedangkan bila bersudut hampir tegak dinamakan rectangular. Pola pengaliran jenis ini sangat penting peranannya dalam menganalisis struktur geologi suatu daerah untuk eksplorasi mineral.
7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya menemukan pola pengaliran deranged atau contorted yaitu pola yang memperlihatkan aliran sungai yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak jelas, bercampur baur dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar Banjarmasin, pola pengaliran sungai semacam ini sering dijumpai.
8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran sungai yang tidak menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat adanya proses pelarutan.
Meander
Bila sungai berada jauh di atas permukaan dasar erosi (erosion base level) maka tenaga erosi tegak (vertical erosion) jauh lebih besar dari pada tenaga erosi horisontal. Akan tetapi segera air mendekati permukaan dasar ini sehingga tenaga tersebut menjadi berimbang dan akhirnya tenaga horisontal akan menjadi lebih besar.
Proses tersebut mengakibatkan pengikisan tidak berjalan tegak atau ke bawah melainkan mendatar atau ke samping mengakibatkan sungai menjadi berbelok-belok. Sungai yang berbelok-belok membentuk huruf U ini dinamakan sungai bermeander. Kadang-kadang suatu meander berbentuk sedemikian rupa sehingga membentuk danau tapal kaki kuda (oxbow lake). Pengendapan terjadi di belakang arus suatu meander yang terlindung, di sini tepi sungai bertambah dan bekas pertumbuhan meander itu (meander scroll) masih terlihat menunjukkan beragam bentuk lahan yang terbentuk di sekitar sungai bermeander
Endapan sungai
Endapan sungai terjadi karena daya angkut air berkurang akibat mendekati permukaan dasar erosi ataupun karena perubahan arus. Pengendapan membentuk apa yang disebut endapan sungai nusa ataupun bar. Berdasarkan bentuk nusa dan letaknya dapat menafsirkan arah aliran sungai
BENTANGALAM
DAERAH TERLIPAT
Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan berada dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan perlapisannya terletak secara horisontal.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas letaknya maka dengan sendirinya makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada daerah itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin maupun sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini memanjang sejajar dengan arah pelapisan.
Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.
Pola pengaliran dan perlembahan
Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak. Di daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak acapkali
terjadi. Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit yang memanjang menggambarkan pelapisan batuan Lapisan yang terlipat membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari penyebaran lembah dan bukit-bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat jelas dari pola penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat penunjaman atau dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).
Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah pola pengaliran menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang lalu. Pada pola ini dikenal adanya sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen, dan resekuen.
Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang terangkat, maka sungai ini akan mengikis lebih dalam dan membentuk lembah yang sempit. Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di lembah tepi sungai ini. Sungai semacam ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh sungai Cikapundung yang memotong sesar Lembang di Maribaya.
Bila bentuk pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar menggambarkan dome atau kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali antiklin atau sinklin. Di Indonesia, kemungkinan ke dua lebih sering dijumpai. Daerah bentangalam terlipat yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem perlembahan dan perbukitan yang khas seperti diuraikan di atas dapat dijumpai sepanjang bagian Timurlaut Sumatera, pegunungan Kendeng dan Rembang, Madura, dan Kalimantan Timur.
Perbukitan atau punggungan (ridge)
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat memanjang dan menggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh diukur besar kemiringannya.
Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira sekitar 45º akan menghasilkan kedua lereng pegunungan yang sama terjal. Punggungan semacam ini dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai pada umumnya menghasilkan bukit atau punggungan yang tidak simetris, salah satu lerengnya lebih landai. Lereng yang landai ini biasanya memperlihatkan arah dip, sedangkan lereng yang terjal menunjukkan arah sebaliknya. Pada lereng ini kemiringan (dip) dapat diukur. Bentuk punggungan semacam ini dinamakan cuesta. Cuesta dengan mudah dapat dikenal pada peta topografi atau pun pada potret udara dan citra satelit.
Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan tempat terkumpulnya atau perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya persyaratan-persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi harus terpenuhi. Sebagai contoh dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang, Madura-Kangean, dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentuk dome (kubah garam) di Pantai Teluk Meksiko (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai tempat terkumpulnya minyak bumi.
BENTANGALAM
DAERAH TERSESARKAN
Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi yang berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui bentuk bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu daerah.
Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang patahan bergerak relatif ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser jurus dan sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadi bersesuaian dengan arah jurus. Gerakan ini adalah gerakan mendatar. Bila blok relatif bergerak ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan, dinamakan sinistral, sedangkan sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang dijumpai di alam merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.
Gawir (scarp)
Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas pada bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak, dan biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang tersesarkan atau retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.
Pada sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp) yang berupa dinding miring. Pada dinding ini biasanya orang menemukan garis-garis geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada umumnya dinding ini memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa bagian telah dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets. Fenomena ini diperlihatkan oleh bentuk bentangalam akibat pensesaran.
Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan bagian yang turun membentuk lembah. Gawir dan ‘triangular facets’ terdapat pada kedua dinding lembah itu. Lembah ini berukuran jauh lebih besar daripada lembah yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata. Sistem pergeseran yang turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst. Contoh ‘graben’ yang terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di Sumatra.
Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama lainnya. Sesar menangga (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti tangga rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan berundak-undak. Kadang-kadang sesar majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama lainnya. Sesar semacam ini dinamakan echelon.
Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin dengan jelas pada gawir yang menyembul di permukaan bumi.
Pola pengaliran
Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan daerah lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem pengaliran air permukaan atau drainage pattern. Pola pengaliran menyudut (angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak patahan dan retakan yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk sudut 45º pada pola pertama, dan 90º pada pola yang disebut terakhir. Biasanya sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat pada batuan granit, batugamping, dan batuan terlipat yang menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai penyebab lipatan tersebut.
Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung pengaliran dan membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai Cikapundung yang pada mulanya tersebar di kaki gunung Tangkubanperahu kemudian menabrak gawir sesar Lembang yang membentang barat-timur melalui tepi selatan kota Lembang dan Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan sepanjang sesar dan bersatu kembali untuk bersama-sama menerjang gawir di daerah Maribaya dan membentuk kembali sungai Cikapundung yang kemudian mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian dapat digolongkan sebagai pola pengaliran sub-menangga (sub-trellis).
Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu sesar itu mulai terjadi, maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti kemudian membelah mengikuti patahan untuk sementara, kemudian meninggalkan sesar itu lagi meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada peta topografi dan potret udara / citra satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat dilihat dengan jelas, sehingga apabila melihat bentuk sungai yang demikian maka dengan mudah dapat ditafsirkan kemungkinan adanya patahan geser-lurus yang masih aktif. Contoh sesar demikian di Indonesia ialah sesar sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di Sulawesi Utara.
Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi banyak mineral-mineral berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama pada perpotongan sesar-sesar. Ini terutama disebabkan daerah itu merupakan daerah lunak dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses hydrothermal yang menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang terkenal di Nevada, Amerika Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan sistem persesaran, demikian pula halnya di Alaska. Dengan mengetahui pola pengaliran, dapat dianalisis sistem persesaran, dengan demikian dapat pula meramalkan dan menemukan endapan mineral berharga.
Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun biasa. Mataair panas dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat melalui pengembangan pariwisata. Mataair biasa sangat penting peranannya untuk kehidupan manusia dan pertanian.
BENTANGALAM KARST
Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya, terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta topografi maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentangalam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst tersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa negara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.
Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karst ditemukan di Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.
Terjadinya bentuk bentangalam karst
Bentangalam karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup.
Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut) (gas)
Bila Ca(HCO3)2 terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2 dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua di daerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapat diperoleh apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu menggantikan udara yang berada di dalam gua.
Karakteristik bentangalam karst
Gejala-gejala yang khas sebagai karakteristik bentangalam karst diantaranya adalah terra rossa, lapies, sinkholes, dll (Thornbury, 1969). Berikut ini pembahasan secara umum karakteristik tersebut.
a. Terra rossa dan lapies
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa . Sisa yang masih mengandung banyak karbonat biasanya berwarna hitam atau merupakan pelapukan batugamping. Bila batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan menghasilkan bentuk permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas pelarutan. Bentuk – bentuk tersebut dinamakan lapies.
b. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktit dan stalakmit.
Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak, terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa Serbia “dolines”) bila bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang. Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum menjadi sungai bawah tanah dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber air (spring) atau pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan sering dipakai sebagai sumber pengairan. Kadang-kadang tidak terlihat adanya lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air terkumpul dari banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada lagi maka terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua dapat juga terbentuk oleh karena doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan di muka, akan terbentuk stalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan stalagmites yang tumbuh di bagian lantai gua.
c. Bukit kerucut (conical hills)
Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian yang keras, misalkan relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-daerah yang lemah karena retakan berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills, pepino hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba)). Bentuk ini merupakan bentuk yang paling mantap dan tahan terhadap pelarutan dan erosi.
Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan pun biasanya teratur pula dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu daerah karst dan kemudian untuk mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah tersebut.
Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-bukit ini dikenali, terutama karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan 1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk pengambilan aluminium yang mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan.
Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.
BENTANGALAM PANTAI
Bagian ini terutama akan membicarakan bentuk-bentuk geomorfologi pantai beserta cara terjadinya dan penyebabnya. Selain pantai laut juga akan disinggung tentang pantai danau.
Ada tiga macam gerakan air laut yang menyebabkan proses gradasi pada permukaan bumi, yaitu gelombang, arus, dan pasang-surut. Pasang surut sebenarnya sangat sedikit pengaruhnya.
Angin adalah penyebab utama terjadinya gelombang. Kecepatan, besarnya daerah yang tertiup angin (fetch), dan lamanya angin bertiup menentukan besarnya gelombang. Istilah-istilah yang dipakai dalam mengukur besarnya gelombang sama dengan istilah yang dipakai dalam ilmu fisika, yaitu panjang gelombang, tinggi gelombang, dan waktu gelombang (getaran), serta kecepatan gelombang. Oleh karena fetch di danau pada umumnya tidak cukup luas, maka gelombang besar jarang terjadi. Gelombang paling besar yang pernah tercatat, yaitu yang mempunyai tinggi gelombang sebesar 16 meter, ditimbulkan oleh fetch paling tidak sebesar 1000 kilometer (Kuenen, 1950; dalam Thornbury, 1969)
Ada dua macam gelombang yang dikenal yaitu gelombang osilasi (wave of oscillation) dan gelombang translasi (translation). Yang pertama terjadi di tempat-tempat yang dalam sehingga dasar lautan tidak berpengaruh terhadap gelombang ini. Sedangkan yang kedua terjadi di tempat-tempat yang dangkal di tepi pantai. Pada gelombang pertama tidak terjadi gerakan air secara mendatar, akan tetapi pada gelombang translasi gerakan air yang dominan adalah gerakan mendatar sehingga terjadi pengikisan terhadap pantai dan dasar laut dangkal. Perubahan antara kedua jenis gelombang itu menimbulkan pengosongan dan pengumpulan massa air, karena itu di sini gelombang menjadi pecah atau rebah (surf). Tempat ini menunjukkan perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang translasi mempunyai dua fungsi yaitu pengikisan pantai dan pengendapan kembali di tempat-tempat yang rendah serta pengikisan dasar pantai yang terletak di atas “dasar gelombang” (wave base). Dasar gelombang adalah tempat terdalam, yang mana pengaruh gelombang masih terasa. Pengikisan dasar pantai pada waktu air bergerak ke arah pantai dinamakan debak (wash), sedangkan pada waktu kembali menjauhi pantai disebut pencucian balik.
Selain oleh angin gelombang dapat ditimbulkan pula oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Acapkali gelombang itu mempunyai ukuran yang besar dan dapat melanda pantai serta menimbulkan banjir dan bencana di daerah pantai. Gelombang semacam ini dinamakan tsunami. Pada 26 Desember 2004 telah terjadi tsunami di lepas pantai NAD dan Sumatera Utara dengan sumber gempabumi terletak sekitar 149 arah selatan dari Meulaboh. Ketinggian gelombang tsunami mencapai 2-10 m. Gempabumi penyebab tsunami diketahui memiliki kedalaman pusat gempa sekitar 20 km di bawah Samudera Hindia. Beberapa pusat pengukuran gempabumi menaksir kekuatan gempa mencapai 6,9 – 9,1 R. Wilayah yang terkena bencana meliputi Srilanka, India, dan Indonesia. Indonesia merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling parah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 200 ribu orang
Arus (current) dibedakan dari gelombang oleh karena di sini terjadi pemindahan massa air. Penyebabnya bermacam-macam, akan tetapi yang mempunyai arti dalam geomorfologi adalah yang ditimbulkan karena angin. Apabila arus ini menabrak pantai dengan posisi miring maka akan timbul arus sepanjang pantai (longshore current) yang akan mempengaruhi pembentukan pantai. Pantai sedikit demi sedikit bergeser sepanjang garis pantai sebagai hasil kerja arus semacam ini (longshore drifting)
Selain oleh angin, arus dapat pula ditimbulkan karena adanya pasangsurut (tidal current). Oleh karena permukaan air laut yang berlainan antara satu tempat dengan tempat lainnya maka akan terjadi arus dari tempat pasang ke tempat surut terutama melalui selat-selat, sebagai contoh selat-selat di antara pulau di Nusa Tenggara. Arus yang ditimbulkan oleh pasangsurut inipun berpengaruh pula terhadap pembentukan pantai. Tidal bore adalah bagian muka arus yang terjadi karena pasangsurut. Tidal bore biasanya berpengaruh dalam pengikisan pantai dan pembentukan endapan laut.
Erosi pantai
Gelombang yang menghempas ke arah pantai dapat merusak pantai tersebut, akibatnya pantai sedikit demi sedikit menjadi mundur posisinya ke arah darat. Pantai yang demikian dinamakan pantai yang mengalami pemunduran atau abrasi (abration). Di Indonesia pantai yang mengalami abrasi umpamanya pantai Sumatera Barat (sekitar Padang) dan pantai Teluk Jakarta.
Muara sungai pada umumnya menumpahkan bahan-bahan yang dibawa sungai ke laut. Akibat perubahan kecepatan air sungai yang terjadi di muara maka bahan-bahan yang terangkut ini segera mengendap, dan membentuk pantai yang tumbuh atau mengalami akresi (accretion). Pada pengikisan pantai terjal mula-mula terjadi bagian yang melekuk pada mukalaut, kemudian lama-kelamaan pantai itu runtuh dan mundur sedikit demi sedikit.
Pantai tumbuh
Pantai tumbuh terjadi di tempat-tempat pengendapan bahan-bahan yang dibawa sungai atau dibawa arus laut itu sendiri. Sungai ini membentuk delta dan bahan-bahan yang dibawanya mengendap pula di depan pantai. Pantai yang demikian dinamakan pantai tumbuh atau mengalami akresi. Di Indonesia pantai yang tumbuh terutama dikenal di pantai-pantai Selat Malaka dan Laut Jawa.
Pengendapan yang terjadi di depan pantai terdiri dari bermacam-macam jenisnya. Bar adalah endapan di muka pantai yang kira-kira hampir sejajar pantai. Cuspate bar adalah salah satu jenis bar yang menyudut atau membentuk semacam taji terhadap pantai, sedangkan tombolo menghubungkan pantai dengan pulau kecil di depan pantai yang pulau ini juga terbentuk dengan cara pengendapan. “Pematang pantai” adalah endapan yang terbentuk pada pantai sepanjang garis pantai dari bahan-bahan hasil pengikisan pantai atau bahan-bahan yang dibawa sungai yang dimuntahkan ke laut.
Klasifikasi bentuk pantai
Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu (1) pantai naik (emergence coast), (2) pantai turun atau tenggelam (submergence coast), (3) pantai statis (neutral coastline), dan (4) pantai gabungan (compound coastline) yang dikemukakan oleh Johnson pada tahun 1919 (dalam Thornbury, 1969).
(1) Pantai naik (emergence coast)
Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut yang hampir rata dan tidak mengalami erosi serta mengalami pengendapan, terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-belok, maka belokan ini halus dan rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan pantai maju. Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik yang terbentuk karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal.
(2) Pantai turun (submergence coast)
Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk lembah-lembah serta roman muka yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut. Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-belok tidak teratur. Pantai inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhir membentuk pantai yang terjal.(3) Pantai statis (neutral coastline) Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta pertumbuhan dan pemunduran pantai, seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2) di atas. Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta, dataran aluvial, bersifat vulkanik, dan coral reef tumbuh dengan baik.
(4) Pantai gabungan (compound coastline)
Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami penurunan, pada periode lain mengalami penaikan. Oleh karena itu, karakteristik pantai naik dan turun keduanya ditemukan pada jenis pantai ini.
Erosi 2 (hakekat erosi, keuntungan,kerugian)
Erosi adalah lepasnya material padat (sedimen, tanah, batuan dan tertikel lain) dari batuan induknya oleh air, angin, es, gaya gravitasi atau organisme.
Apabila kita perhatikan baik-baik proses erosi yang terjadi maka kita akan melihat keadaan berikut ini:
1. Erosi menyebabkan hilangnya material dari suatu tempat. Di lokasi asal material tersebut terjadi pengurangan material. Selain itu, apabila daerah tersebut tinggi, maka erosi menyebabkannya menjadi lebih rendah. Dari sudut pandang geomorlogi maka, erosi merupakan bagian penting dari proses pendataran (pembentukan dataran)permukaan Bumi. Selain itu, erosi juga bekerja mengukir permukaan Bumi. Hasilnya adalah alur-alur air atau lembah-lembah sungai di daerah perbukitan atau pegunungan. Jadi, tanpa erosi maka gunung-gunung akan tetap menjuilang tinggi dan tidak ada ukiran alur air dan lembah sungai yang indah itu.
2. Erosi merupakan penghasil muatan sedimen untuk ditransportasikan dan kemudian diendapkan di tempat lain. Jadi, bila tidak diawali oleh proses erosi maka tidak akan ada muatan sedimen yang dapat ditransportasikan, dan selanjutnya tidak akan ada pengendapan yang akan terjadi. Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa proses erosi merupakan kunci dari proses transportasi sedimen dan proses pengendapan sedimen.
Itulah hakekat dari proses erosi.
Kerugian karena Erosi
Sebagaimana halnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.
Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:
1. Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya mengurangi kerugian karena erosi ini.
2. Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.
Keuntungan karena Erosi
Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh. Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi. jadi di simpulkan Erosi adalah sebagian dari proses alam yang penting bagi kelangsungan hidup di Bumi. Keuntungan dan kerugian dari proses itu bersifat relatif, tergantung dari cara kita memandangnya.
Batuan 2 (perubahan)
Batuan penyusun kulit bumi atau litosfer dapat mengalami perubahan. Berdasarkan karakter perubahan yang terjadi, perubahan itu dapat dibedakan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Pelapukan. Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan fisik dan kimiawi. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang terjadi karena perubahan komposisi kimiawi; pelapukan ini menyebabkan batuan mengalami perubahan komposisi kimia; agen utama penyebab pelapukan tipe ini adalah air. Pelapukan fisik adalah pelapukan yang terjadi karena kerusakan fisik batuan seperti pecahnya batuan karena akar tumbuhan, atau pecahnya batuan karena perubahan temperatur; pelapukan ini menyebabkan batuan pecah menjadi fragmen-fragmen batuan yang lebih kecil. Pembicaraan tentang pelapukan batuan terutama dilakukan ketika kita berbicara tentang geomorfologi dan pembentukan tanah. Proses pelapukan ini terutama terjadi di permukaan bumi, dimana batuan (litosfer) mengalami kontak dengan atmosfer dan hidrosfer serta biosfer.
2. Deformasi, yaitu perubahah fisik batuan karena pengaruh tekanan. Karena deformasi batuan dapat terlipat, terpatahkan dan atau mengalami kerusakan fisik seperti retak. Pembicaraan tentang deformasi dilakukan ketika berbicara tentang struktur geologi. Proses deformasi ini terjadi di bawah permukaan bumi yang melibatkan perlapisan batuan dan tubuh-tubuh batuan beku atau metamorf.
3. Perubahan jenis batuan yang menyebabkan suatu jenis batuan menjadi jenis batuan yang lain , seperti dari batuan beku menjadi batuan sedimen atau batuan, dari batuan sedimen menjadi batuan metamorf atau batuan beku, atau dari batuan metamorf menjadi batuan sedimen atau batuan beku. Pembicaraan tentang perubahan jenis batuan ini dilakukan ketika kita berbicara tentang petrologi. Di sini kita berbicara tentang siklus batuan. Proses perubahan jenis batuan ini terjadi di litosfer secara keseluruhan mulai dari permukaan bumi bahkan sampai mantel. Proses ini melibatkan seluruh agen geomorfologi, gerak-gerak tektonik, dan temperatur.

JURNAL TERJEMAHAN IDA BAGOES MANTRA

GERAKAN PENDUDUK PADA MASYARAKAT PADI SAWAH
SEBUAH STUDY KASUS DI DUA DUKUH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Kelompok 2
pendidikan geografi, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jln. A. Yani tromol Pabelan Surakarta 57102 telp (0271)717417-719483 Fax (0271)715448
http//www.ums.ac.id email ums@ums.ac.id

Abstract

studi ini adalah penelitian mengarahkan ke indentify yang kompleks pergerakan di dua masyarakat padi sawah di yogyakarta. dasar faktor sosial dan migrasi, di kombinasi, menjelaskan pergerakan dari desa. Dua dukuh dipilih untuk studi terperinci: kadirojo, kabupaten slema dan piring, kabupaten bantul.
Ada tiga macam pergerakan populasi di dukuh kadirojo dan merubah piring, peredaran, dan migrasi. Comuting adalah suatu pergerakan ke dukuh lain. migrasi adalah suatu perpindahan tempat kediaman disengaja ke dukuh lain untuk satu tahun atau lebih. Selama delapan bulan, jumlah besar pergerak orang desa: 7,405( kadirojo) dan 8,575(piring); peredaranya 847(kadirojo)and 24( piring).
Ada dua satuan kekuatan yang memimpin orang-orang untuk berpindah tempat dari atau tinggal dukuh; bergerak menuju pusat sentripetal dan sentrifugal. Terlalu kecil daratan beras, makanan hampir tidak cukup, ketiadaan peluang ketenaga-kerjaan lokal, dan jarak dari pendidikan untuk bergerak maju Faktor yang mendorong orang-orang ke sisa adalah yang ketat ties ke tempat lahir, famili dan keluarga, kepemilikan atau akses ke dukuh, dan keberadaan hubungan klien / pelindung untuk membantu rumah tangga. Sebagai tambahan, ada informasi sedikit tentang tempat tujuan, tranport dan biaya-biaya hidup di luar dukuh tinggi, dan melaporkan dari transmigrasi di luar java sering adalah hal negatif. Di kadirojo dan piring, pertentangan antara] sentrifugal ini dan gaya sentripetal dipecahkan dengan merubah peredaran, yang menghadirkan suatu kompromi antara total kelumpuhan dan penampungan permanen.
Kata kunci: pergerakan di dua dukuh masyarakat padi sawah di yogyakarta ( kadirojo dan piring)


PENDAHULUAN
Banyak pelajar kuatir dengan pergerakan jumlah peduduk Indonesia mempunyai kepadatan di pergerakan yang tetap. Alasan pemerintah untuk meredakan tekanan jumlah penduduk itu jelas di Jawa sejak 19 tahun, pemerintah Belanda mencoba untuk memindah 115 keluarga wilayah desa kecil dari Kedu dan wilayah Yogyakarta ke Sumatera Selatan. Ini program transmigrasi, lebih baik tahu kolonisasi berlanjut sampai 1941.
Setelah kemerdekaan, sebuah program mirip yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia,tetapi orientasi itu diganti setelah 1966. Dari 1945 sampai 1966 pemerintah Indonesia mencoba mencapai tujuan ini dari penurunan jumlah penduduk jawa terutama tekanan memberikan tempat menetap yang baru petaninya di kroeft menulis tentang jumlah penduduk yang berlebihan dibeberapa bagian jawa 19 tahun, wilayah jawa di golongkan kelebihan orang yang tidak bekerja di ladang karena kekurangan lahan.
Di 1966, pemerintahan baru menyadari transmigrasi ini tidak dapat memecahkan masalah tentang jumlah penduduk yang berlebihan di jawa atau wilayah kepadatan penduduk yang lainnya dan kekuatan ini mencapai sebuah program keluarga berencana,
Tema lainnya di pelajaran pergerakan jumlah penduduk di Indonesia adalah sifat gerakan kefakta-fakta kelompok budaya. Contohnya berdasarkan di atas seorang jendral yang banyak mengetahui aspek social dan kebudayaan di masyarakat jawa dan pengalaman pribadi, 5 dasar rencana Negara sebelum mulai penelitian lahan di 1 april 1975.
• Awalnya, sebuah pergerakan masyarakat biasanya terjadi karena untuk menekan kebutuhan ekonomi di daerah pedesaan seperti kekurangan lahan makanan, perkejaan dan dan tidak mencukupi gaji untuk sedikit perkejaan yang tersediadi tempat
• kondisi dimana kebutuhan ekonomi tidak dapat memuaskan didaerah desa,banyak orang pindah untuk mendekati tempat dimana pekerjaan tersedia tetapi, mereka kembalinya kedesa karena alasan tertentu
• Kekuatan dan keluarga dekat masyarakat di desa.
• Biasanya orang desa tidak membuat satu contoh keputusan untuk migrant,
Orang-orang bergerak, dan keputusan yang paling penting tentang mobilitas yang terjadi pada akhir pedesaan proses, dan kedua kisaran fuul mobilitas penduduk adalah yang terbaik terdeteksi pada derajat kepercayaan sebesar desa karena orang lebih terlibat dalam Komuter dan sirkulasi daripada bentuk-bentuk permanen gerakan biasanya disebut "migrasi" (Caldwell 1969.151 byerlee 1972,17, hugo 1975,26)
Untuk alasan ini, survei utama dilaksanakan dalam dua dukuh studi, sebagai daerah asal dan studi pelengkap yang dilakukan di kota Yogyakarta sebagai salah satu Yogyakarta areas.within utama menerima, fokus pada orang-orang yang telah pindah permanen r sementara dari dukuh studi, dan khususnya
METEDOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui pendekatan geografi, demografi, dan antropologi dimana pengumpulan data primer melalui survey dan wawancara langsung kepada masyarakt di dua dukuh ( kadirojo dan piring) dan pencarian data sekunder dari hasil data sensus dan data registrasi penduduk di dua dukuh tyersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
• lokasi penelitian: daerah istimewa Yogyakarta
Dua studi dukuh kadirojo di Kabupaten Sleman dan piring di Kabupaten bantul keduanya terletak di wilayah khusus Yogyakarta (Daerah jogjakara Pihak yang) kesultanan Yogyakarta yang selama perjuangan kemerdekaan dan selanjutnya telah dikenal sebagai daerah khusus yojakarta terletak di bagian selatan java.it contituntes banyak pusat jantung budaya Jawa untuk Yogyakarta adalah pusat mereka dari mereka kerajaan pra-kolonial mataram
Ada ada alasan untuk memilih daerah ini untuk penelitian intensif pertama sifat perubahan budaya di sini adalah compelx kurang dari yang dialami di barat dan Jawa Timur (selosoemardjan 1962) kedua, Yogyakarta memiliki populasi besar (2.489.998 pada tahun 1971) dan dengan kepadatan penduduk di 1971of 781,6 per kilometer persegi (tabel 1.5) adalah ekonomi salah satu daerah termiskin di seluruh pulau dan comparet ketiga dengan jawa barat (hugo 1975b) ini belum conduted di daerah ini tentang petterns dan proses mobilitas penduduk.
khusus wilayah Yogyakarta agak seperti triange sebuah, puncak dari whith dibentuk oleh gunung merapi, whichrises sampai dengan 3.500 meter dan merupakan salah satu daerah gunung berapi yang paling aktif gunung berapi yang paling aktif di indoneia, fisiografis, Yogyakarta terdiri dari daerah vulkanik merapi, yang batu kapur dataran tinggi pegunungan selatan dataran kaki gunung berapi Merapi dataran aluvial vulkanik dari pantai selatan dan barat pegunungan proto atau kisaran menorah, dataran sekitar gunung merapi dan daerah-daerah aluvial pantai selatan terdiri dari tanah subur dan cukup baik warered untuk irigasi ini adalah daerah produksi beras basah basah daerah yang paling subur di Yogyakarta.
Berlokasi di Kabupaten Sleman dan bantul dan mencakup 34,2 persen dari total luas Jogjakarta (biro statitik 1974,17) air dari sungai Progo dan ek mengairi sekitar 90 percen dari sawah. di sisi lain bagian selatan regench Wonosari terdiri dari dataran tinggi batu kapur dan baik secara fisik merupakan daerah yang sangat miskin topografi, sumber daya air tanah dan bawah tanah tingkat hidup topografi secara signifikan berbeda dari sisa daerah khusus Yogyakarta dan Jawa secara keseluruhan
• Studi Komunitas dan metode lapangan
Area sawah di Kabupaten Sleman dan bantul merupakan daerah yang paling subur dan juga yang paling padat menetap di daerah khusus Yogyakarta pada tahun 1971 kepadatan penduduk mereka lebih dari 1.000 per kilometer persegi yang berarti bahwa individu dalam populasi ini hidup pada potongan-potongan yang relatif kecil tanah dan bahwa semua lahan yang tersedia dan bahwa seluruh lahan yang tersedia sudah ditanami menurut Geertz (1971,141) kelebihan pasokan tenaga kerja dalam pertanian petani java's subsisten telah menyebabkan involusi pertanian dalam terang jumlah besar in_and keluar migrasi tercatat di tingkat provinsi dan nasional menunjukkan kesesuaian penelitian detaled pada komunitas tertentu.
Dua kadirojo dukuh di Sleman dan piring di bantul, dipilih studi intensif fr ini pedukuhan terakhir terletak di pantai selatan Kabupaten bantul dan bekas di daerah pegunungan utara kabupaten slaeman, dukuh baik tergantung pada sawah irigasi untuk mata pencaharian
• Adat istiadat dan macam kehidupan
Dukuh tidak hanya tempat tinggal orang bersama-sama tetapi juga sebuah perkumpulan yg memiliki anggota yang mempercayai nenek moyang dari yang mendirikan dukuh.atau dengan sedikit mempunyai hubungan jauh dengannya(selo soemarjan 1962,77).
Tolong-menolong atau gotong-royong sangat kuat di pedesaan jawa.sistem adat istiadat sebagai hasil padi pekerja yg giatdan banyak melibatkan,sehingga wanita membayar dengan bagian hasil panenya,itu contoh yg baik sebagai gotong-royong yg baik(c.geerts 1971,141) dapat memanggil ‘’bagian kemiskinan’’ seperti oramg terdahulu banyak menyebut dukuh karena miskin. Bahwa mereka mempercayai dengan keras sehingga dapat hidup terus. Masih dengan tepat sistem tradisional sebagai berbalas menolong. Agar memberi kesempatan mereka hidup terus.
Tipe pergerakan
Commuting (pulang pergi), circulation (peredaran), dan migration(berpindah tempat tinggal) semuanya ditemukan didua dukuh penelitian, yaitu Kadirojo dan Piring. Tiga tipe pergerakan penduduk tersebut telah dinyatakan oleh orang-orang selama berabad-abad dan direfleksikan dalam bebarapa istilah dalam bahasa Jawa. Jadi, nglaju digunakan untuk orang-orang yang bepergian ke suatu tempat namun kembali kerumah mereka dalam hari tersebut, nginep untuk orang-orang yang tinggal ditempat lain selama beberapa hari sebelum kembali ke rumah, mondok untuk orang-orang yang indekos dikomunitas tujuan selama beberapa bulan atau tahun. Merantau merujuk ke mereka yang pergi ke pulau lain selam periode yang relatif lama namun pada akhirnya pulang kembali ke komunitas aslinya. Istilah pindah digunakan un tuk para penduduk yang bermigrasi atau berpindah rumah ke tempat lain.
Dari tiga tipe pergerakan penduduk ini, commuting dan circulation adalah suatu kejadian yang umum dan tidak dipandang sebagai tindakan-tindakan yang luar biasa. Kedua dukuh tersebut diamati selama delapan bulan (19 Mei 1975 sampai 31 Jnuari 1976), jumlah pergerakan yang circulation: 846 (Kadirojo) dan 523 (Piring); migrasi: 23 (Kadirojo) dan 24 (Piring). Jadi, lebih dari 90 persen dari semua pergerakan yang dicatat terdiri dari commuting dan circulation, atau semua pergerakan yang termasuk berjarak pendek dan dalam waktu singkat dan juga merefleksikan ikatan-ikatan yang kuat dengan kampung halaman.
Bahkan orang-orang yang telah bermigrasi atau berpindah rumah ke tempat lain tetap menganggap komunitas kelahirannya sebagai rumah dan memelihara hubungan yang erat dengan para kerabat tang tetap bertempat tinggal disana.
Seperti yang akan diharapkan dari definisi-definisi yang digunakan di keseluruhan penelitian ini, jumlah commuter atau orang yang pulang-pergi dari rumah ke tempat lain dalam sehari adalah lebih tinggi daripada para circulators dan perbandingan diantara keduanya di Piring adalah 7,73 dan Kadirojo 1,58.
Tingkat migrasi kelokalitas-lokalitas lain adalah 23 orang (kadarojo) dan 24 orang (piring) selama delapan bulan survei ini. Sasaran utama untuk magrasi adalah perkawinan, dan alasan-alasan non perkawinan seperti upah kerja, mengikuti kerabat, bersekolah, dan trasmigrasi. Baik dikadirojo dan piring, persentase para migran dikarenakan ketika menikah, sebagian besar wanita berpindah kekomunitas suaminya. Mereka yang bermigrasi dikarenakan upah kerja biasanya bekerja sebagai PNS, pedagang, dan buruh.
Ada migrasi kecil di kota-kota kecil seperti Bantul, Sleman, dan Medari, dan sangat sedikit yang tetap tinggal di kota besar Yogyakarta selama satu tahun atau lebih. Hal ini merefleksikan terbatasnya kesempatan-kesempatan kerja yang tersedia di kota-kota kecil atau kota-kota besar tersebut, bahkan jika orang-orang dukuh tersebut sukses mendapatkan pekerjaan, mereka hanya mendapatkan upah yang rendah, dan fakta bahwa kota-kota tujuan adalah dalam jarak cummuting.
Mengapa orang-orang dukuh pindah atau tinggal?
Berbagai macam keuatan menuntun orang-orang berpindah dari, atau tinggal di dalam, suatu komunitas dukuh sepertin Kadirojo dan Piring. Mitchell(1961, 263) telah mengelompokkan kekuatan-kekuatan tersebut kedalam kekuatan sentrifugal dan sentripetal.
Keputusan untuk bergerak atau tinggal
Keputusan untuk bergerak atau tinggal menetap di kadirojo dan piring untuk masyarakat, peredaran dan perpindahan sebuah kenyataan kehidupan sehari hari. Pertanyaan sekarang timbul sebagai faktor yang mempengaruhi pola dan alami sebagai pergerakan dalam dua masyarakat mengikuti ILUGO,S(9755b.441)penelitian dijawa barat dan kemudian mukharji 1975 ,49)india utara, terpusat dalam pembuatan keputusan proses bergerak kekuatan dan faktor yang mempengaruhi pergerakan dan tinggal. Sejak penduduk dukuh menyusun tenaga perpindahan mereka adalah bertanya tentang pendapat sebuah kehidupan desa da n keadaan personal sebagai usaha alasan mengenal encourage atau menghalai orang untuk berdoyong doyong dari tempat yang ada sebagai resident.
Banyak ahli geografi dengan perpindahan harus memutuskan pergerakan karena melihat reaksi untuk tekanan (wolput1966: 72, mabogunce 1975: b441, mukherji 1975:6) menyebut didalam bab 1 individu memerlukan ketetapan dan sebuah keinginan yang nyata. Jika memerlukan aspirasi tidak dapat menjadi permulaan untuk memenuhi sampai ada tempat sebagai residence kemudian tekanan terdapat mengikuti engel, langer( mengutip di wolpert 1966 ,93)
• Kekuatan sentrifugal
Kekuatan sentrifugal diidentifikasikan dalam studi dua dukuh yang mencerrminkan ekonomi pertanian, pendidikan formal, dan kewajiban sosial, dimana ketidak puasan dengan perekonomian beras lokal basah adalah yang pali9ng penting.
Pertama Jumlah rata-rata tanah yang dimiliki oleh satu keluarga 0,187 (kadirojo) dan 0,197 hehtar ( piring) dan ukuran rata-rata sawah yang lebih kecil 0,126 kadirojo dan 0,086 hektar piring ukuran miniatur sawah sebuah keluarga berarti bahwa bukan peristiwa penggunaan inovasi pertanian memungkinkan petani untuk menghasilkan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar , lowongan kerja tersedia diluar sektor pertanian sangat sedikit dan semua yang dibayar.
Kedua. Dukuh tersebut nasih kekurangan fasilitas pendididkan. Kadirojo dan piring mempunyai sekolah dasar tetapi apabila ingin mereka harus pergi kelain desa. Sekolah SMP dan SMA berada dalam jarak jauh dengan menayuh sepeda dan hanya mereka yang belajar di Universitas di Yogyakarta harus mengambil penginapan di kota piring.
Ketiga. Masyarakat Dukuh memiliki kewajiban untuk mengujungi kerabat yag tinggal di luar tempat kelahiran, dan ini sangat penting selama bulan lebaran atau untuk membantu memepersiapkan upacara seperti ritual pernikahan,kelahiran dan sunat.

• Kekuatan Sentripetal
Ada lima kekuatan Sentripetal yang mendorong orang untuk tetap dalam Kadirojo dan Piring
Pertama dan terpenting, adalah ikatan kekerabatan yang erat antara penduduk desa.
Kedua,masyarakat dukuh yang didirikan atas prinsip gotong royong atau saling membantu.hidup bersama dalam masyarakat seperti alat untuk menjadi keluarga besar dimana individu harus saling membantu satu sama lain.
Ketiga,orang-orang dukuh hampir sepenuhnya pada tanah untuk mata pencaharian mereka, memandangnya sebagai keterkaitan dengan status lokal mereka dan hampir tidak meiliki kepentingan dalam hal-hal diluar pertanian.
Keempat,penduduk kadirojo dan piring juga mengaggap dukuh sebagai hak kelahiran mereka.
Kelima, ada hambatan yang mehalangi orang bergerak dari kadirojo dan piring bahkan jka mereka telah memutuskan untuk melakukanya,biaya trasportasi tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang dimiliki, tidak ada kepastian pekerjaan di desa atau kota lain.
Jika kedua keadaan sentrifugal dan sentripetal dilihat dari sudut pandang masyarakat dukuh, maka dapat dilihat bahwa situasi ini sangat kontradiktif. Orang desa mehadapi dilema dasar apakah untuk tetap tinggal di dukuh dan bertahan baik kehidupan ekonomi yang keras dan kurangnya fasilitas pendidikan, untuk pindah meninggalkan tanah kelahiran dan untuk memisahkan diri dari kelurga dan kerabat.dilema ini diselesaikan di kadirojo dan piring mengadopsi strategi alternatif. Commuter dan circulation pada dasranya merupakan kompromi antara imobilitas total dan relokasi permanen .kedua keekutan sentrifugal dan sentripetal selalu dalam potensi
• Transisi mobilitas di piring dan kadirojo
Menyebut “ transisi mobilitas” itu adalah sebelum modern tradisional, sebelum transisi sebelum transisi,. Chapman (1970, 241) salah satu geographer menguraikan tentang struktur mobilitas penduduk untuk 3 macam social yaitu suku petani, dan eropa amerika. Dapat diketahui bahwa proses modernisasi berpengaruh pada pergerakan penduduk untuk penyelengaraan diberbagai macam social.
Mengenai perubahan social ekonomi suatu tanda kadirojo dan pirintgsama dibeberapa bagian dari jawa. Sejak perang dunia keduakemajuan disektor agricultural, hasil ari pengambilan variasi inovasi, dari penggunaan varietas tanaman tinggi, rata rata produksi padi perhektar dipiring dari 2800 sampai 3500 kg. sejak varietas baru mempunyai tangkai lebih pendek biji terlepat menjadikan mudah orang –orang dapat mengubah metode biasa / umum saat panen. Inovasi di sector agricultural sebagai akibatnya akan berkurang tidak hanya jumlah pegawai local yang tersedia tetapi juga mengubah tanah dan sedikit pemegang tanah mempekerjakan untuk panen selama musim panen, itu dapat memperlemah hubungan dianatara pelanggan dank lien di kadirojo dan piring.
Terbitnya kesejajaran asaspirasi pendidikan rata rata akan menambah angka pengaruh kehidupan jalan ke kota. Penduduk dukuh yang dapat diterima adalah yang mempunyai pendidikan dan berpengetahuan luas dari daerah kadirojo dan piring
Untuk memajukan transportasi maka ada tambahan fasilitas pergerakan penduduk pedalaman didukuhjalan-jalan diperbaiki dam menambah armada bus yang ada yang menghubungkan komunitas pedalamn dengan yang lainya. Perubahan modifikasi pola pergerakan penduduk untuk kadirojo dan piring. Disini ada peningkatan dramatis erring kelebihan jarak, penbagian karena perbaikan fisik jalan dan seluruh bagiab ketersediaan yang tidak mahal, transport sepeda motor dan minibus.
Sebelum tahun 1972 kebanyakan orang dari piring yang sekolah dan bekerja dibantul tinggal untuk setiap minggu , tetapi sekarang setiap hari. Kebanyakan tinggal di yogyakarta. Atau ketempat lainya untuk periode yang panjang, dan sekarang dapat kembali kerumah.
Beberapa orang di kadirojo dam piring yang dapat diterima kebanyakan berpendidikan formal. Kebanyakan meminta untuk migrasidari dukuh dan memperbaiki standart hidup. Beberapa bergerak untuk ke kota besar seperti Jakarta bandung surabanya dan lain-lain. Untuk daerah yogyakarta daerah pergerakan tidak luas.tetapi pola pergerakan dapat berubah dari comuuting menjadi sirkulasi atau migrasi. Pararel hugos membuktikan tentang pergerakan penduduk dijawa barat dengan nama pola lebar perpindahan penduduk akan dimodofikasi beberapa waktu. Sebelum colonial dia berargument kebanyakan yang berhabitat dijawa barat sulit unutk perubahan agricultural dam mempunyai bentuk sikulasi atau migrasi lokasi tinggi. .
Untuk sementara pergerakan keluar desa atau berdagang. Selama colonial beberapa orang dari jawa barat tinggal didesa mereka untuk bekerja dikota atau perkebunan ,beberapa menetap untuk sementara.akibatnya kadirojo dan piring juga. Dijawa barat pola pergerakan populasi diubah untuk lain waktu walaupun tidak ada basisi modifikasi di pergerakan alam, yang mana dapat ditinjau dari berbagai sistem tertutup dianatra satu pergerakan rumeh dan macam-macam tujuan tempat alternative.
Hubungan antar modernisasi dan tipe perubahan adalah komplek dijawa barat harus mengikuti ketekunan yang semangat dari kota atau Negara barat.
• Mobilitas penduduk dan implikasi kebijakan
Sirkuit pergerakan populasi terjadi tidak hanya di kadirojo dan piring, tetapi juga di bagian lain dari java (Hugo 1975, 630) dan Indonesia (Suharso, 1976, 92) Demikian pula, penelitian lapangan telah mendokumentasikan ABB terus menerus dan aliran orang untuk menjadi ciri khas seperti daerah-daerah seperti Afrika (Hitchell 1961, 259; Elkan 1967, 583; Prothero 1978, 5) dan Pulau pasifik (Bedford 1973, 131; Chapman 1976, 128) Meskipun hanya sedikit rinci telah dilakukan di Asia Tenggara kompleks penuh atau orang-orang gerakan, tidak pernah Meskipun demikian mereka mengungkapkan penting atau melingkar mobilitas (Chapaan 1977; Goldstein 1978)
Penelitian ini telah menyarankan cukup pergerakan bukanlah hal baru di Indonesia dan telah diintensifkan jauh sejak kemerdekaan, ini terutama karena improvenents di transportasi umum yang menghubungkan desa satu sama lain dan ke kota-kota, meningkatkan tekanan pedesaan pada sumber daya pertanian, kekurangan pekerjaan di desa , dan di atas semua keinginan desa untuk menambah penghasilan mereka dan meningkatkan standar hidup mereka dengan bekerja di kota-kota dan tempat-tempat lain di luar komunitas mereka sendiri.
Pengaruh gerakan melingkar tidak harus dipandang sebagai suatu aliran satu hari informasi dan manfaat dari perkotaan ke daerah pedesaan. orang Kota, Ares thhrough interaksi dengan penggerak desa, dapat belajar-banyak tentang daerah pedesaan serta attitudea, nilai, dan masalah populasi mereka. Adalah fakta, sirkulasi pedesaan dan migran dapat tranports komunitas mereka ke kota-kota dan dengan demikian menciptakan lingkungan siocial baru dalam diri mereka. Penciptaan ini asosiasi tersebut, bersama dengan pemeliharaan dari basis perkotaan dari jaringan luas ikatan kekerabatan, telah dilaporkan bagi mereka Batak Toba yang tinggal di Medan, Sumatera Utara (Bruner 1961), dan ditemukan pada skala yang lebih kecil di antara piring migran yang tinggal di Yogyakarta.
Meskipun migrasi orang ke kota-kota menciptakan masalah perkotaan, gerakan melingkar tekanannya kurang pada sumber daya kota yang tersedia. Untuk menghindari konsentrasi kota binto sirkuit gerakan tertentu, baik pembangunan perkotaan dan industri harus desentralisasi trought terciptanya pusat-pusat pertumbuhan beberapa yang berada dalam jarak Komuter desa sumber penawaran tenaga kerja. Kebijakan tersebut juga akan membantu meringankan kekurangan perumahan di pusat perkotaan. Di Jawa, ini strategi pembangunan perkotaan sudah dilaksanakan di beberapa kota-kota kecil. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, ada daerah industri batik di kota Yogyakarta.
Ini kebijakan pusat-pusat pertumbuhan desentralisasi juga telah diadopsi di Eropa Timur, di mana tingkat tinggi pertumbuhan perkotaan yang diciptakan oleh industrialisasi yang cepat dan migrasi skala besar telah memaksa pemerintah untuk membubarkan ke kota-kota kecil proporsi yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam industri. strategi perencanaan, di samping itu, memiliki manfaat untuk mengurangi perbedaan regional dalam tingkat pembangunan dan industrialisasi.


KESIMPULAN
Commuting (pulang pergi), circulation (peredaran), dan migration(berpindah tempat tinggal) Tiga tipe pergerakan penduduk tersebut semuanya ditemukan didua dukuh penelitian, yaitu Kadirojo dan Piring.
Ada dua satuan kekuatan yang memimpin orang-orang untuk berpindah tempat dari atau tinggal dukuh; bergerak menuju pusat sentripetal dan sentrifugal. Terlalu kecil daratan beras, makanan hampir tidak cukup, ketiadaan peluang ketenaga-kerjaan lokal, dan jarak dari pendidikan untuk bergerak maju Faktor yang mendorong orang-orang ke sisa adalah yang ketat ties ke tempat lahir, famili dan keluarga, kepemilikan atau akses ke dukuh, dan keberadaan hubungan klien / pelindung untuk membantu rumah tangga.
Ucapan terimaksih: kepada bapak priyono selaku dosen yang mengampu mata kuliah geografi penduduk yang membimbing kami dalam membueat jurnal terjemahan ini dan kami ucapkan terimaksih kepada semua teman-teman yang membantu terselesaikanya jurnal ini.


DAFTAR PUSTAKA
Kroeft, L.M. V an der. 1956.population pressure and economi deverloment in indonesia .in J.J. spengler and O.D Duncan. Eds. Demographic analisis. Glencoe, 739-54.
Lembaga pembangunan masyarakat, UGM.1976.Hubungan tranmigrasi dengan keadaan daerah sekitar.yogyakarta:direktorat jendral transmigrasi.
Nie, norman H. 1`975. SPSS Statistical package for the social sciences. New york: MCGraw –hill book company.
Republik indonesia. 1971. repelita tahun 1969/1970/1973/1974. Bandung : doa restu

MENUMBUHKAN MOTIVASI ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MENUMBUHKAN MOTIVASI ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

Oleh:
DWI WIJANARKO
A610090047


JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar
. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sardiman dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim Purwanto : motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Sedangkan S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu Adapun pengartian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi
.
2. Macam-macam Motivasi Belajar
Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
a. Adanya kebutuhan
b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
c. Adanya cita-cita atau aspirasi.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

4. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk belajar.
Seorang guru melihat perilaku siswa seprti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa. Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah :
a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam
a. kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan.
b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar
c. lingkungan sekolah.
d. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
e. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu
f. tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai
g. intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin.
d. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan
h. kebutuhan siswa.
e. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
f. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa.
g. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah secara wajar.


5. Menumbuhkan motivasi anak dalam meningkatkan prestasi belajar
prestasi belajar siswa ditentukan antara lain oleh gabungan antara kecerdasan intelektual dan motivasi belajarnya. jadi motivasi merupakan hal yang penting untuk meraih prestasi, karena motivasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan yang menumbuhkan perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
ini berarti bahwa meskipun siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, jika tidak diikuti dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektualnya, maka prestasi belajarnya akan kurang memuaskan. Oleh karena itu agar tercapai prestasi yang maksimal, perlu diciptakan proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa guna memenuhi kebutuhan ekstrinsik maupun instrinsiknya.
peran guru dalam memotivasi siswa agar berprestasi pada mata pelajaran yang diajarnya sangatlah besar. oleh karena itu guru perlu menciptakan beberapa bentuk pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar, diantaranya :
1. membuat pelajaran bermakna
Membuat pelajaran bermakna dapat ditempuh dengan jalan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. mengaitkan materi pelajaran dengan nilainilai hidup di masyarakat akan melatih siswa berfikir kreatif dan inovatif serta menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi untuk hal-hal yang lebih menantang. perlu juga ditunjukkan kepada siswa bahwa materi pelajaran itu bermanfaat bagi kehidupannya di kemudian hari. hal ini sesuai dengan teori belajar dari carl r. Rogers dan taksonomi bloom.
Sebagai contoh, seorang guru sering menyampaikan materi pelajaran tentang perang diponegoro hanya sampai pada tahap pengetahuan (ingatan) dari aspek kognitif saja, misalnya “kapan terjadinya perang diponegoro”. para guru kurang menanamkan nilai-nilai pada tahap “mengapa pangeran diponegoro diangkat sebagai pahlawan? mengapa seorang “munir” yang memperjuangkan hak azasi manusia tidak dianggap sebagai pahlawan? sampai dengan tahap penilaian (evaluasi) dari aspek kognitif inilah seharusnya materi pelajaran itu diajarkan, agar dikemudian hari siswa dapat berpikir kreatif dalam kehidupannya di masyarakat.
2. membantu siswa menentukan target
keberhasilan studi seorang siswa ditentukan oleh kemauannya sendiri, sebab yang mengetahui tentang kemampuan seorang siswa adalah siswa itu sendiri. Ini berarti sangat sulit bagi orang lain di luar dirinya untuk menentukan agar siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan hasil yang memuaskan.
jadi pada prinsipnya yang menentukan target pencapaian prestasi belajar adalah siswa sendiri. hal ini sesuai dengan teori motivasi umum, yang mendorong individu berperilaku untuk mencapai suatu tujuan. oleh karena itu peran guru terhadap siswa adalah memberi bantuan, motivasi, membangkitkan semangat dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka mencapai target-target yang disusun oleh siswa sendiri untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
3. menggunakan proses pembelajaran yang efektif
pembelajaran yang efektif apabila menempatkan siswa sebagai subyek didik dan bukan sebagai obyek. guru lebih berperan sebagai fasilitator saja dalam posisi “tut wuri handayani” dan harus lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk berinteraktif dalam proses pembelajarannya serta mengembangkan suasana demokratis.
agar materi ajar lebih mudah diserap oleh siswa serta belajar itu menjadi suatu hal yang menyenangkan serta memberi semangat, guru harus menggunakan metode dan media yang bervariasi, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta perkembangan kemajuan informasi dan teknologi. hal ini sesuai dengan teori pembelajaran dari dunkin dan biddle.
agar proses pembelajaran lebih berhasil, materi, metode dan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa, sesuai dengan teori perkembangan kognitif dari jean piaget.
4. menumbuhkan rasa aman dalam belajar
tiap siswa menghendaki rasa aman, perlindungan diri dari kegelisahan atau tekanan yang diterimanya. siswa akan lebih bersemangat dalam belajar apabila guru mampu menimbulkan suasana belajar yang disertai rasa aman. hal ini sesuai dengan teori kebutuhan dari maslow.
5. menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa
Hubungan antar pribadi yang baik, antara guru dengan siswa dan antar siswa, akan menimbulkan kepuasan belajar bagi siswa yang akan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi. karena setiap individu ingin menjadi anggota kelompok sosial. ketika berlangsung proses pembelajaran, sebaiknya guru menyempatkan diri untuk mengenal siswa pribadi lepas pribadi secara lebih mendalam, berkomunikasi secara terbuka dengan siswa untuk hal-hal yang dianggap penting dalam kehidupan mereka.
Adanya hubungan yang hangat antara guru dan siswa serta antar siswa akan terjalin rasa persaudaraan, rasa memiliki dan hormat menghormati serta saling pengertian dalam derajat yang tinggi. hal ini sesuai dengan teori kebutuhan dari maslow, herzberg dan david mc. clelland.
6. menumbuhkan harga diri siswa
kebutuhan harga diri terungkap dalam keinginan untuk dipuji, didengar, dihargai pandangannya serta diakui prestasinya. semua orang ingin dihargai karena kerja keras dan prestasi yang telah dicapai. penghargaan yang diberikan kepada siswa, misalnya pemberian hadiah bagi siswa berprestasi, akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi, yang penting hadiah yang diberikan kepada siswa benar-benar mendorong motivasi belajarnya.
Demikian pula hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak mentaati peraturan belajar dengan hukuman yang mendidik dan proporsional juga akan menimbulkan motivasi untuk taat pada peraturan belajar. hal ini sesuai dengan teori kebutuhan maslow dan herzberg dan teori belajar skinner.
7. memberi kesempatan untuk pengembangan diri siswa
Bila siswa belajar dalam suasana yang memberikan kejelasan tentang masa depannya, hal ini cenderung akan memberikan kepuasan belajar yang akan memotivasinya untuk belajar lebih baik lagi. pengembangan diri misalnya : kesempatan belajar lebih lanjut, pelayanan pembelajaran berdasarkan kemampuan akademis siswa, kompetisi secara sehat, pembelajaran pengayaan, dan lain-lain. pengembangan diri ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif dan dapat merealisasikan potensinya secara penuh. hal ini sesuai dengan teori kebutuhan
aktualisasi diri dari maslow.
8. menyalurkan minat dan bakat siswa
Agar siswa termotivasi dalam belajar, apa yang menjadi minat dan kegemarannya harus mendapat penyaluran. hal ini juga sebagai kebutuhan keseimbangan kerja otak. di satu sisi siswa harus bekerja keras dalam belajarnya, di sisi lain bakat dan minat siswa perlu disalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya : pmr, seni musik, kepramukaan, seni drama, dan lain-lain. hal ini sesuai dengan teori kebutuhan aktualisasi diri dari maslow.
9. tanamkan optimisme
Guru harus menanamkan jiwa optimisme kepada siswa, yakni sikap yang berkeyakinan bahwa semua yang sudah diupayakan dengan baik, nantinya akan berhasil. hal ini sangat mendorong motivasi siswa untuk mengupayakan segala sesuatu dengan baik agar diperoleh hasil yang maksimal. misalnya seorang yang cacat fisik, umumnya mereka banyak yang pesimis karena keberadaannya sehingga mereka hanya dapat melakukan sesuatu yang menurutnya dapat dilakukan.
Tetapi jika mereka mempunyai optimisme yang kuat, bukan tidak mungkin mereka akan mencapai kemampuan melebihi kemampuan orang pada umumnya, seperti tony malendes yang tidak memiliki tangan tetapi dia dapat memainkan gitar menggunakan kakinya, melebihi kemampuan gitaris pada umumnya. dengan demikian, jika kita memiliki optimisme yang tinggi, pasti akan berhasil.
10. memberi teladan
Perilaku guru secara langsung atau tidak langsung, mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa yang sifatnya positif maupun negatif. perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajarnya. sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya.
Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan motivasi belajarnya dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagikehidupan siswa.

SIFAT FISIK TANAH

I. SIFAT FISIK TANAH

A. Pengambilan Contoh Tanah di Lapangan

1. Contoh Tanah pada Horizon
Pengambilan contoh tanah merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian tanah khususnya dalam kegiatan survei dan pemetaan tanah. Contoh tanah yang diambil harus dapat menjadi ”sample” atau mewakili (representiative) satuan-satuan tanah. Contoh tanah merupakan refleksi dari satu titik pengamatan yang diwakili hanya dengan beberapa kilogram tanah. Selanjutnya tanah yang hanya beberapa kilogram dari contoh tersebut dianggap mewakili wilayah yang luas hingga puluhan hektar atau km2.

Pengambilan contoh dilakukan setelah profil tanah dibuat dan telah dibersihkan dari lapisan paling atas ke arah bawah, namun horizon-horizon yang terlalu tipis atau terlalu heterogen, Horizon peralihan, tidak perlu diambil contohnya. Selain profil tanah yang harus bersih, kantong plastik yang akan digunakan juga harus bersih dan sebaiknya kantong plastik yang baru (belum pernah digunakan untuk pemakaian lain).

Setiap Horizon cukup diambil contoh tanahnya 0,5 sampai 1,0 kg. Tetapi untuk tanah bertekstur kasar (berpasir dan berkerikili), contoh tanah yang diambil lebih banyak. Agar contoh tanah dari satu Horizon tidak terkontaminasi dengan tanah dari Horizon lain, maka pengambilan contoh tanah harus dimulai dari Horizon atau lapisan paling bawah, bukan dari Horizon paling atas.

2. Sampel Tanah Utuh

Selain sampel tanah yang diambil di setiap horizon, maka untuk beberapa pengukuran diperlukan tanah utuh atau dikenal dengan undisturbed soil sample yaitu contoh tanah yang diambil menggunakan ring atau tabung, dari beberapa lapisan. Sampel tanah utuh ini digunakan untuk pengukuran bulk density (B.D), permeabilitas, dan daya hantar hidraulik.

Pengambilan contoh tanah utuh ini dilakukan pada lahan potensial dengan lereng <25% yang merupakan satuan tanah utama. Contoh tanah diambil pada dua kedalaman, yaitu pada kedalaman 0-20 cm dan 20¬- 40 cm. Setiap kedalaman diambil contoh ring lebih dari sekali pengambilan sebagai ulangan.

3. Contoh Tanah Komposit

Contoh tanah komposit, yaitu contoh yang dikumpulkan dari beberapa titik pengamatan melalui pemboran yang dicampur merata menjadi satu contoh yang homogen, digunakan untuk keperluan analisis status kesuburan tanah. Contoh tanah komposit ini merupakan kumpulan dari contoh tanah mineral lapisan atas. Apabila terdapat lapisan organik, maka lapisan tersebut tidak diikutsertakan dalam pengambilan. Pengambilan dilakukan pada lahan potensial dengan kemiringan lereng <25%. Contoh diambil pada kedalaman 0-20 cm dari 10 sampai 15 tempat dengan radius 50 m. Dari 10-15 contoh ini kemudian dicampur dan diambil 1 kg.

4. Contoh Tanah Alami

Pengambilan contoh tanah alami yang belum teroksidasi. Contoh ini dipakai untuk menganalisis unsur-unsur dalam kondisi reduksi (tidak terpengaruh oksidasi), misalnya senyawa pirit (FeS2). Cara pengambilannya yaitu contoh tanah alami yang masih dalam kondisi reduksi tersebut sesegera mungkin dimasukkan ke dalam botol atau kantong plastik berwarna gelap, kemudian segera mungkin ditutup dan disimpan dalam kondisi tidak terkena sinar matahari secara langsung, agar contoh tanah tidak mengalami oksidasi.
B. Pengukuran Ciri-ciri Fisik di Lapangan

1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah.
Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah.
Berdasar uraian diatas, maka warna tanah dapat memberikan informasi tentang :
a. Jenis tanah
b. Kadar bahan organik.
c. Kondisi aerasi tanah
d. Tingkat perkembangan tanah
e. Kadar air tanah
f. Adanya bahan-bahan tertentu.

Berikut ini contoh warna tanah yang dipengaruhi oleh proses yang terjadi di dalam tanah :
a. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasinya.
b. Besi tereduksi berwarna biru hijau.
c. Kuarsa umumnya berwarna putih.
d. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau.
e. Feldspar berwarna merah.
f. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah.
Munssell Soil Colour Chart
Munsell Soil Color Chart, berupa buku yang berupa diagram warna baku yang tersusun tiga variabel, yaitu:
a. Hue
Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya
Munsell Saoil Color Chart, memberdakan Hue menjadi :
• 5 R
• 7,5 R
• 10 R
• 2,5 YR
• 5 YR
• 7,5 YR
• 10 YR
• 2,5 Y
• 5 Y,
* Hue dalam Munssell Soil Colour Chart menggunakan spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5 Y).

b. Value
Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.
c. chroma.
Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).

Cara penentuan warna tanah dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart :
a. Hue : warna tanah dominant atau warna dasar
Contoh : 5 R, 7,5 R, 10 R, 2,5 YR
b. Value : warna kecerahan atau kisaran berangsur-angsur dari putih (9 atau 10), ke putih (1 atau 0).
Contoh : 1/……… hitam
9/……… putih
c. Chroma : tingkat kemurnian warna dan intensitas warna.
Contoh : ………/1
………/2

Red
7,5 YR 3/2
Yellow
Dalam menentukan warna tanah harus diperhatikan:
a. tanah harus lembap (jika mungkin kering dan lembab)
b. tempat terlindung dari sinar matahari
c. tanah ditempatkan di bawah lubang kertas Munsell dengan jari/pisau
d. tanah tidak boleh mengkilap (kecuali pada warna bidang struktur). Untuk tujuan khusus, perlu ditambahkan warna tanah setelah dihancurkan atau diremas.
e. hindarkan bekerja menetapkan warna tanah sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 16.00
f. jika warna tanah tidak tepat dengan warna pada Buku Munsell, maka diberikan angka angka hue, value, atau kroma tertinggi dan terendah yang membatasinya. Contoh:Warna tanah ditulis 7,5YR 5/4 artinya hue 7,5YR, value 5 dan kroma 4, warna tanah coklat.

Material Chemical Composition Color
Manganese Mn02 Purplish Black
Hematite Fe203 Red
Geothite FeOOH Yellow
Hydrated Ferric Oxide Fe(OH)3*nH20 Red Brown
Calcite CaC03 Whitish
Glauconite KMg(Fe,Al)(SiO3)6.3H2O Greenish


2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

1. Pasir : apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
2. Pasir Berlempung : apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
3. Lempung Berpasir : apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4. Lempung : apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5. Lempung Berdebu : apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
6. Debu : apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
7. Lempung Berliat : apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8. Lempung Liat Berpasir : apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9. Lempung Liat Berdebu : apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10. Liat Berpasir : apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
11. Liat Berdebu : apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
12. Liat : apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

3. Struktur Tanah

Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:

(1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
(2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
(3) Prisma (prismatik), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
(4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulot, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
(5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.(6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.