Total Tayangan Halaman

Rabu, 27 Oktober 2010

jurnal terjemahan



Abstract

studi ini adalah penelitian mengarahkan ke indentify yang kompleks pergerakan di dua masyarakat padi sawah di yogyakarta. dasar faktor sosial dan migrasi, di kombinasi, menjelaskan pergerakan dari desa. Dua dukuh dipilih untuk studi terperinci: kadirojo, kabupaten slema dan piring, kabupaten bantul.
Ada tiga macam pergerakan populasi di dukuh kadirojo dan merubah piring, peredaran, dan migrasi. Comuting adalah suatu pergerakan ke dukuh lain. migrasi adalah suatu perpindahan tempat kediaman disengaja ke dukuh lain untuk satu tahun atau lebih. Selama delapan bulan, jumlah besar pergerak orang desa: 7,405( kadirojo) dan 8,575(piring); peredaranya 847(kadirojo)and 24( piring).
Ada dua satuan kekuatan yang memimpin orang-orang untuk berpindah tempat dari atau tinggal dukuh; bergerak menuju pusat sentripetal  dan sentrifugal. Terlalu kecil daratan beras, makanan hampir tidak cukup, ketiadaan peluang ketenaga-kerjaan lokal, dan jarak dari pendidikan untuk bergerak maju Faktor yang mendorong orang-orang ke sisa adalah yang ketat ties ke tempat lahir, famili dan keluarga, kepemilikan atau akses ke dukuh, dan keberadaan hubungan klien / pelindung untuk membantu rumah tangga. Sebagai tambahan, ada informasi sedikit tentang tempat tujuan, tranport dan biaya-biaya hidup di luar  dukuh tinggi, dan melaporkan dari transmigrasi di luar java sering adalah hal negatif. Di kadirojo dan piring, pertentangan antara] sentrifugal ini dan gaya sentripetal dipecahkan dengan  merubah peredaran, yang menghadirkan suatu kompromi antara total kelumpuhan dan penampungan permanen.
Kata kunci:  pergerakan di dua dukuh masyarakat padi sawah di yogyakarta ( kadirojo dan piring)


PENDAHULUAN
Banyak pelajar kuatir dengan pergerakan jumlah peduduk Indonesia mempunyai kepadatan di pergerakan yang tetap. Alasan pemerintah untuk meredakan tekanan jumlah penduduk itu jelas di Jawa sejak 19 tahun, pemerintah Belanda mencoba untuk memindah 115 keluarga wilayah desa kecil dari Kedu dan wilayah Yogyakarta ke Sumatera Selatan. Ini program transmigrasi, lebih baik tahu kolonisasi berlanjut sampai 1941.
Setelah kemerdekaan, sebuah program mirip yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia,tetapi orientasi itu diganti setelah 1966. Dari 1945 sampai 1966 pemerintah Indonesia mencoba mencapai tujuan ini dari penurunan jumlah penduduk jawa terutama tekanan memberikan  tempat menetap yang baru petaninya di kroeft menulis tentang jumlah penduduk yang berlebihan dibeberapa bagian jawa 19 tahun, wilayah jawa di golongkan kelebihan orang yang tidak bekerja di ladang karena kekurangan lahan.
   Di 1966, pemerintahan baru menyadari transmigrasi ini tidak dapat memecahkan masalah tentang jumlah penduduk yang berlebihan di jawa atau wilayah kepadatan penduduk yang lainnya dan kekuatan ini mencapai sebuah program keluarga berencana,
   Tema lainnya di pelajaran pergerakan jumlah penduduk di Indonesia adalah sifat gerakan kefakta-fakta kelompok budaya. Contohnya berdasarkan di atas seorang jendral yang banyak mengetahui aspek social dan kebudayaan di masyarakat jawa dan pengalaman pribadi, 5 dasar rencana Negara sebelum mulai penelitian lahan di 1 april 1975.
1)    Awalnya, sebuah pergerakan masyarakat biasanya terjadi karena untuk menekan kebutuhan ekonomi di daerah pedesaan seperti kekurangan lahan makanan, perkejaan dan dan tidak mencukupi gaji untuk sedikit perkejaan yang tersediadi tempat
2)     kondisi dimana kebutuhan ekonomi tidak dapat memuaskan didaerah desa,banyak orang pindah untuk mendekati tempat dimana pekerjaan tersedia tetapi, mereka kembalinya kedesa karena alasan tertentu
3)    Kekuatan dan keluarga dekat masyarakat di desa.
4)    Biasanya orang desa tidak membuat satu contoh keputusan untuk migrant,
Orang-orang bergerak, dan keputusan yang paling penting tentang mobilitas yang terjadi pada akhir pedesaan proses, dan kedua kisaran fuul mobilitas penduduk adalah yang terbaik terdeteksi pada derajat kepercayaan sebesar desa karena orang lebih terlibat dalam Komuter dan sirkulasi daripada bentuk-bentuk permanen gerakan biasanya disebut "migrasi" (Caldwell 1969.151 byerlee 1972,17, hugo 1975,26)
Untuk alasan ini, survei utama dilaksanakan dalam dua dukuh studi, sebagai daerah asal dan studi pelengkap yang dilakukan di kota Yogyakarta sebagai salah satu Yogyakarta areas.within utama menerima, fokus pada orang-orang yang telah pindah permanen r sementara dari dukuh studi, dan khususnya
METEDOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui pendekatan geografi, demografi, dan antropologi  dimana pengumpulan data primer  melalui survey dan wawancara langsung kepada masyarakt di dua dukuh ( kadirojo dan piring) dan pencarian data sekunder dari hasil data sensus dan data registrasi penduduk di dua dukuh tyersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    lokasi penelitian: daerah istimewa Yogyakarta
Dua studi dukuh kadirojo di Kabupaten Sleman dan piring di Kabupaten bantul keduanya terletak di wilayah khusus Yogyakarta (Daerah jogjakara Pihak yang) kesultanan Yogyakarta yang selama perjuangan kemerdekaan dan selanjutnya telah dikenal sebagai daerah khusus yojakarta terletak di bagian selatan java.it contituntes banyak pusat jantung budaya Jawa untuk Yogyakarta adalah pusat mereka dari mereka kerajaan pra-kolonial mataram
Ada ada alasan untuk memilih daerah ini untuk penelitian intensif pertama sifat perubahan budaya di sini adalah compelx kurang dari yang dialami di barat dan Jawa Timur (selosoemardjan 1962) kedua, Yogyakarta memiliki populasi besar (2.489.998 pada tahun 1971) dan dengan kepadatan penduduk di 1971of 781,6 per kilometer persegi (tabel 1.5) adalah ekonomi salah satu daerah termiskin di seluruh pulau dan comparet ketiga dengan jawa barat (hugo 1975b) ini belum conduted di daerah ini tentang petterns dan proses mobilitas penduduk.
khusus wilayah Yogyakarta agak seperti triange sebuah, puncak dari whith dibentuk oleh gunung merapi, whichrises sampai dengan 3.500 meter dan merupakan salah satu daerah gunung berapi yang paling aktif gunung berapi yang paling aktif di indoneia, fisiografis, Yogyakarta terdiri dari daerah vulkanik merapi, yang batu kapur dataran tinggi pegunungan selatan dataran kaki gunung berapi Merapi dataran aluvial vulkanik dari pantai selatan dan barat pegunungan proto atau kisaran menorah, dataran sekitar gunung merapi dan daerah-daerah aluvial pantai selatan terdiri dari tanah subur dan cukup baik warered untuk irigasi ini adalah daerah produksi beras basah basah daerah yang paling subur di Yogyakarta. 
Berlokasi di Kabupaten Sleman dan bantul dan mencakup 34,2 persen dari total luas Jogjakarta (biro statitik 1974,17) air dari sungai Progo dan ek mengairi sekitar 90 percen dari sawah. di sisi lain bagian selatan regench Wonosari terdiri dari dataran tinggi batu kapur dan baik secara fisik merupakan daerah yang sangat miskin topografi, sumber daya air tanah dan bawah tanah tingkat hidup topografi secara signifikan berbeda dari sisa daerah khusus Yogyakarta dan Jawa secara keseluruhan
B.     Studi Komunitas dan metode lapangan
Area sawah di Kabupaten Sleman dan bantul merupakan daerah yang paling subur dan juga yang paling padat menetap di daerah khusus Yogyakarta pada tahun 1971 kepadatan penduduk mereka lebih dari 1.000 per kilometer persegi yang berarti bahwa individu dalam populasi ini hidup pada potongan-potongan yang relatif kecil tanah dan bahwa semua lahan yang tersedia dan bahwa seluruh lahan yang tersedia sudah ditanami menurut Geertz (1971,141) kelebihan pasokan tenaga kerja dalam pertanian petani java's subsisten telah menyebabkan involusi pertanian dalam terang jumlah besar in_and keluar migrasi tercatat di tingkat provinsi dan nasional menunjukkan kesesuaian penelitian detaled pada komunitas tertentu.
Dua kadirojo dukuh di Sleman dan piring di bantul, dipilih studi intensif fr ini pedukuhan terakhir terletak di pantai selatan Kabupaten bantul dan bekas di daerah pegunungan utara kabupaten slaeman, dukuh baik tergantung pada sawah irigasi untuk mata pencaharian
C.    Adat istiadat dan macam kehidupan
Dukuh tidak hanya tempat tinggal orang bersama-sama tetapi juga sebuah perkumpulan yg memiliki anggota yang mempercayai  nenek moyang dari yang mendirikan dukuh.atau dengan sedikit mempunyai hubungan jauh dengannya(selo soemarjan 1962,77).
 Tolong-menolong atau gotong-royong sangat kuat di pedesaan jawa.sistem adat istiadat sebagai hasil padi pekerja yg giatdan banyak melibatkan,sehingga wanita membayar dengan bagian hasil panenya,itu contoh yg baik sebagai gotong-royong yg baik(c.geerts 1971,141) dapat memanggil ‘’bagian kemiskinan’’ seperti oramg terdahulu banyak menyebut dukuh karena miskin. Bahwa mereka mempercayai dengan keras sehingga dapat hidup terus. Masih dengan tepat sistem tradisional sebagai berbalas menolong. Agar memberi kesempatan mereka hidup terus.
Tipe pergerakan
Commuting (pulang pergi), circulation (peredaran), dan migration(berpindah tempat tinggal) semuanya ditemukan didua dukuh penelitian, yaitu Kadirojo dan Piring. Tiga tipe pergerakan penduduk tersebut telah dinyatakan oleh orang-orang selama berabad-abad dan direfleksikan dalam bebarapa istilah dalam bahasa Jawa. Jadi, nglaju digunakan untuk orang-orang yang bepergian ke suatu tempat namun kembali kerumah mereka dalam hari tersebut, nginep untuk orang-orang yang tinggal ditempat lain selama beberapa hari sebelum kembali ke rumah, mondok untuk orang-orang yang indekos dikomunitas tujuan selama beberapa bulan atau tahun. Merantau merujuk ke mereka yang pergi ke pulau lain selam periode yang relatif lama namun pada akhirnya pulang kembali ke komunitas aslinya. Istilah pindah digunakan un tuk para penduduk yang bermigrasi atau berpindah rumah ke tempat lain.
Dari tiga tipe pergerakan penduduk ini, commuting dan circulation adalah suatu kejadian yang umum dan tidak dipandang sebagai tindakan-tindakan yang luar biasa. Kedua dukuh tersebut diamati selama delapan bulan (19 Mei 1975 sampai 31 Jnuari 1976), jumlah pergerakan yang circulation: 846 (Kadirojo) dan 523 (Piring); migrasi: 23 (Kadirojo) dan 24 (Piring). Jadi, lebih dari 90 persen dari semua pergerakan yang dicatat terdiri dari commuting dan circulation, atau semua pergerakan yang termasuk berjarak pendek dan dalam waktu singkat dan juga merefleksikan ikatan-ikatan yang kuat dengan kampung halaman.
 Bahkan orang-orang yang telah bermigrasi atau berpindah rumah ke tempat lain tetap menganggap komunitas kelahirannya sebagai rumah dan memelihara hubungan yang erat dengan para kerabat tang tetap bertempat tinggal disana.
Seperti yang akan diharapkan dari definisi-definisi yang digunakan di keseluruhan  penelitian  ini, jumlah commuter atau orang yang pulang-pergi dari rumah ke tempat lain dalam sehari adalah lebih tinggi daripada  para circulators dan perbandingan diantara keduanya  di Piring adalah 7,73 dan Kadirojo 1,58.
Tingkat migrasi kelokalitas-lokalitas lain adalah 23 orang (kadarojo) dan 24 orang (piring) selama delapan bulan survei ini. Sasaran utama untuk magrasi adalah perkawinan, dan alasan-alasan non perkawinan seperti upah kerja, mengikuti kerabat, bersekolah, dan trasmigrasi. Baik dikadirojo dan piring, persentase para migran dikarenakan ketika menikah, sebagian besar wanita berpindah kekomunitas suaminya. Mereka yang bermigrasi dikarenakan upah kerja biasanya bekerja sebagai PNS, pedagang, dan buruh.
Ada migrasi kecil  di kota-kota kecil seperti  Bantul, Sleman, dan Medari, dan sangat sedikit yang tetap tinggal di kota besar Yogyakarta selama satu tahun atau lebih. Hal ini merefleksikan terbatasnya kesempatan-kesempatan kerja yang tersedia di kota-kota kecil atau kota-kota besar tersebut, bahkan jika orang-orang dukuh tersebut sukses mendapatkan pekerjaan, mereka hanya mendapatkan upah yang rendah, dan fakta bahwa kota-kota tujuan adalah dalam jarak cummuting.
Mengapa orang-orang dukuh pindah atau tinggal?
Berbagai macam keuatan menuntun orang-orang berpindah dari, atau tinggal di dalam, suatu komunitas dukuh sepertin Kadirojo dan Piring. Mitchell(1961, 263) telah mengelompokkan kekuatan-kekuatan tersebut kedalam kekuatan sentrifugal dan sentripetal.
Keputusan untuk bergerak atau tinggal
Keputusan untuk bergerak atau tinggal menetap di kadirojo dan piring untuk masyarakat, peredaran dan perpindahan sebuah kenyataan kehidupan sehari hari. Pertanyaan sekarang timbul sebagai faktor yang mempengaruhi pola dan alami sebagai pergerakan dalam dua masyarakat mengikuti ILUGO,S(9755b.441)penelitian dijawa barat dan kemudian mukharji 1975 ,49)india utara, terpusat dalam pembuatan keputusan proses bergerak kekuatan dan faktor yang mempengaruhi pergerakan dan tinggal. Sejak penduduk dukuh menyusun tenaga perpindahan mereka adalah bertanya tentang pendapat sebuah kehidupan desa da n keadaan personal sebagai usaha alasan mengenal encourage atau menghalai orang untuk berdoyong doyong dari tempat yang ada sebagai resident.
Banyak ahli geografi dengan perpindahan harus memutuskan pergerakan karena melihat reaksi untuk tekanan (wolput1966: 72, mabogunce 1975: b441, mukherji 1975:6) menyebut didalam bab 1  individu memerlukan ketetapan dan sebuah keinginan yang nyata. Jika memerlukan aspirasi tidak dapat menjadi permulaan untuk memenuhi sampai ada tempat sebagai residence kemudian tekanan terdapat mengikuti engel, langer( mengutip di wolpert 1966 ,93)
1.    Kekuatan sentrifugal
Kekuatan sentrifugal diidentifikasikan dalam studi dua dukuh yang mencerrminkan ekonomi pertanian, pendidikan formal, dan kewajiban sosial, dimana ketidak puasan dengan perekonomian beras lokal basah adalah yang pali9ng penting.
Pertama Jumlah rata-rata tanah yang dimiliki oleh satu keluarga 0,187 (kadirojo) dan 0,197 hehtar ( piring) dan ukuran rata-rata sawah yang lebih kecil 0,126 kadirojo dan 0,086 hektar piring ukuran miniatur sawah sebuah keluarga berarti bahwa bukan peristiwa penggunaan inovasi pertanian memungkinkan petani untuk menghasilkan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar , lowongan kerja tersedia diluar sektor pertanian sangat sedikit dan semua yang dibayar.
Kedua. Dukuh tersebut nasih kekurangan fasilitas pendididkan. Kadirojo dan piring mempunyai sekolah dasar tetapi apabila ingin mereka harus pergi kelain desa. Sekolah SMP dan SMA berada dalam jarak jauh dengan menayuh sepeda dan hanya mereka yang belajar di Universitas di Yogyakarta harus mengambil penginapan di kota piring.
 Ketiga. Masyarakat Dukuh memiliki kewajiban untuk mengujungi kerabat yag tinggal di luar tempat kelahiran, dan ini sangat penting selama bulan lebaran atau untuk membantu memepersiapkan upacara seperti ritual pernikahan,kelahiran dan sunat.
2.    Kekuatan Sentripetal
   Ada lima kekuatan Sentripetal yang mendorong orang untuk tetap dalam Kadirojo dan Piring
Pertama dan terpenting, adalah ikatan kekerabatan yang erat antara penduduk desa.
 Kedua,masyarakat dukuh yang didirikan atas prinsip gotong royong atau saling membantu.hidup bersama dalam masyarakat seperti alat untuk menjadi keluarga besar dimana individu harus saling membantu satu sama lain.
Ketiga,orang-orang dukuh hampir sepenuhnya pada tanah untuk mata pencaharian mereka, memandangnya sebagai keterkaitan dengan status lokal mereka dan hampir tidak meiliki kepentingan dalam hal-hal diluar pertanian.
Keempat,penduduk kadirojo dan piring juga mengaggap dukuh sebagai hak kelahiran mereka.
Kelima, ada hambatan yang mehalangi orang bergerak dari kadirojo dan piring bahkan jka mereka telah memutuskan untuk melakukanya,biaya trasportasi tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang dimiliki, tidak ada kepastian pekerjaan di desa atau kota lain.
Jika kedua keadaan sentrifugal dan sentripetal dilihat dari sudut pandang masyarakat dukuh, maka dapat dilihat bahwa situasi ini sangat kontradiktif. Orang desa mehadapi dilema dasar apakah untuk tetap tinggal di dukuh dan bertahan baik kehidupan ekonomi yang keras dan kurangnya fasilitas pendidikan, untuk pindah meninggalkan tanah kelahiran dan untuk memisahkan diri dari kelurga dan kerabat.dilema ini diselesaikan di kadirojo dan piring mengadopsi strategi alternatif. Commuter dan circulation pada dasranya merupakan kompromi antara imobilitas total dan relokasi permanen .kedua keekutan sentrifugal dan sentripetal selalu dalam potensi
D.    Transisi mobilitas di piring dan kadirojo
Menyebut “ transisi mobilitas” itu adalah sebelum modern tradisional, sebelum transisi sebelum transisi,. Chapman (1970, 241) salah satu geographer menguraikan tentang struktur mobilitas penduduk untuk 3 macam social yaitu suku petani, dan eropa amerika. Dapat diketahui bahwa proses modernisasi berpengaruh pada pergerakan penduduk untuk penyelengaraan diberbagai macam social.
Mengenai perubahan social ekonomi suatu tanda kadirojo dan pirintgsama dibeberapa bagian dari jawa. Sejak perang dunia keduakemajuan disektor agricultural, hasil ari pengambilan variasi inovasi, dari penggunaan varietas tanaman tinggi, rata rata produksi padi perhektar dipiring dari 2800 sampai 3500 kg. sejak varietas baru mempunyai tangkai lebih pendek biji terlepat menjadikan mudah orang –orang dapat mengubah metode biasa / umum saat panen. Inovasi di sector agricultural sebagai akibatnya akan berkurang tidak hanya jumlah pegawai local yang tersedia tetapi juga mengubah tanah dan sedikit pemegang tanah mempekerjakan untuk panen selama musim panen, itu dapat memperlemah hubungan dianatara pelanggan dank lien di kadirojo dan piring.
Terbitnya kesejajaran asaspirasi pendidikan rata rata akan menambah angka pengaruh kehidupan jalan ke kota. Penduduk dukuh yang dapat diterima adalah yang mempunyai pendidikan dan berpengetahuan luas dari daerah kadirojo dan piring
Untuk memajukan transportasi maka ada tambahan fasilitas pergerakan penduduk pedalaman didukuhjalan-jalan diperbaiki dam menambah armada bus yang ada yang menghubungkan komunitas pedalamn dengan yang lainya. Perubahan modifikasi pola  pergerakan penduduk untuk kadirojo dan piring. Disini ada peningkatan dramatis erring kelebihan jarak, penbagian karena perbaikan fisik jalan dan seluruh bagiab ketersediaan yang tidak mahal, transport sepeda motor dan minibus.
Sebelum tahun 1972 kebanyakan orang dari piring yang sekolah dan bekerja dibantul tinggal untuk setiap minggu , tetapi sekarang setiap hari. Kebanyakan tinggal di yogyakarta. Atau ketempat lainya untuk periode yang panjang, dan sekarang dapat kembali kerumah.
Beberapa orang di kadirojo dam piring yang dapat diterima kebanyakan berpendidikan formal. Kebanyakan meminta untuk migrasidari dukuh dan memperbaiki standart hidup. Beberapa bergerak untuk ke kota besar seperti Jakarta bandung surabanya dan lain-lain. Untuk daerah yogyakarta daerah pergerakan tidak luas.tetapi pola pergerakan dapat berubah dari comuuting menjadi sirkulasi atau migrasi. Pararel hugos membuktikan tentang pergerakan penduduk dijawa barat dengan nama pola lebar perpindahan penduduk akan dimodofikasi beberapa waktu. Sebelum colonial dia berargument kebanyakan yang berhabitat dijawa barat sulit unutk perubahan agricultural dam mempunyai bentuk sikulasi atau migrasi lokasi tinggi. .
Untuk sementara pergerakan keluar desa atau berdagang. Selama colonial beberapa orang dari jawa barat tinggal didesa mereka untuk bekerja dikota atau perkebunan ,beberapa menetap untuk sementara.akibatnya kadirojo dan piring juga. Dijawa barat pola pergerakan populasi diubah untuk lain waktu walaupun tidak ada basisi modifikasi di pergerakan alam, yang mana dapat ditinjau dari berbagai sistem tertutup  dianatra satu pergerakan rumeh dan macam-macam tujuan tempat alternative.
Hubungan antar modernisasi dan tipe perubahan adalah komplek dijawa barat harus mengikuti ketekunan yang semangat dari kota atau Negara barat.
E.     Mobilitas penduduk dan implikasi kebijakan
Sirkuit pergerakan populasi terjadi tidak hanya di kadirojo dan piring, tetapi juga di bagian lain dari java (Hugo 1975, 630) dan Indonesia (Suharso, 1976, 92) Demikian pula, penelitian lapangan telah mendokumentasikan ABB terus menerus dan aliran orang untuk menjadi ciri khas seperti daerah-daerah seperti Afrika (Hitchell 1961, 259; Elkan 1967, 583; Prothero 1978, 5) dan Pulau pasifik (Bedford 1973, 131; Chapman 1976, 128) Meskipun hanya sedikit rinci telah dilakukan di Asia Tenggara kompleks penuh atau orang-orang gerakan, tidak pernah Meskipun demikian mereka mengungkapkan penting atau melingkar mobilitas (Chapaan 1977; Goldstein 1978)
Penelitian ini telah menyarankan cukup pergerakan  bukanlah hal baru di Indonesia dan telah diintensifkan jauh sejak kemerdekaan, ini terutama karena improvenents di transportasi umum yang menghubungkan desa satu sama lain dan ke kota-kota, meningkatkan tekanan pedesaan pada sumber daya pertanian, kekurangan pekerjaan di desa , dan di atas semua keinginan desa untuk menambah penghasilan mereka dan meningkatkan standar hidup mereka dengan bekerja di kota-kota dan tempat-tempat lain di luar komunitas mereka sendiri.
Pengaruh gerakan melingkar tidak harus dipandang sebagai suatu aliran satu hari informasi dan manfaat dari perkotaan ke daerah pedesaan. orang Kota, Ares thhrough interaksi dengan penggerak desa, dapat belajar-banyak tentang daerah pedesaan serta attitudea, nilai, dan masalah populasi mereka. Adalah fakta, sirkulasi pedesaan dan migran dapat tranports komunitas mereka ke kota-kota dan dengan demikian menciptakan lingkungan siocial baru dalam diri mereka. Penciptaan ini asosiasi tersebut, bersama dengan pemeliharaan dari basis perkotaan dari jaringan luas ikatan kekerabatan, telah dilaporkan bagi mereka Batak Toba yang tinggal di Medan, Sumatera Utara (Bruner 1961), dan ditemukan pada skala yang lebih kecil di antara piring migran yang tinggal di Yogyakarta.
Meskipun migrasi orang ke kota-kota menciptakan masalah perkotaan, gerakan melingkar tekanannya kurang pada sumber daya kota yang tersedia. Untuk menghindari konsentrasi kota binto sirkuit gerakan tertentu, baik pembangunan perkotaan dan industri harus desentralisasi trought terciptanya pusat-pusat pertumbuhan beberapa yang berada dalam jarak Komuter desa sumber penawaran tenaga kerja. Kebijakan tersebut juga akan membantu meringankan kekurangan perumahan di pusat perkotaan. Di Jawa, ini strategi pembangunan perkotaan sudah dilaksanakan di beberapa kota-kota kecil. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, ada daerah industri batik di kota Yogyakarta.
 Ini kebijakan pusat-pusat pertumbuhan desentralisasi juga telah diadopsi di Eropa Timur, di mana tingkat tinggi pertumbuhan perkotaan yang diciptakan oleh industrialisasi yang cepat dan migrasi skala besar telah memaksa pemerintah untuk membubarkan ke kota-kota kecil proporsi yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam industri. strategi perencanaan, di samping itu, memiliki manfaat untuk mengurangi perbedaan regional dalam tingkat pembangunan dan industrialisasi.
KESIMPULAN
Commuting (pulang pergi), circulation (peredaran), dan migration(berpindah tempat tinggal) Tiga tipe pergerakan penduduk tersebut semuanya ditemukan didua dukuh penelitian, yaitu Kadirojo dan Piring.
Ada dua satuan kekuatan yang memimpin orang-orang untuk berpindah tempat dari atau tinggal dukuh; bergerak menuju pusat sentripetal  dan sentrifugal. Terlalu kecil daratan beras, makanan hampir tidak cukup, ketiadaan peluang ketenaga-kerjaan lokal, dan jarak dari pendidikan untuk bergerak maju Faktor yang mendorong orang-orang ke sisa adalah yang ketat ties ke tempat lahir, famili dan keluarga, kepemilikan atau akses ke dukuh, dan keberadaan hubungan klien / pelindung untuk membantu rumah tangga.
Ucapan terimaksih: kepada bapak priyono selaku dosen yang mengampu mata kuliah geografi penduduk yang membimbing kami dalam membueat jurnal terjemahan ini dan kami ucapkan terimaksih kepada semua teman-teman yang membantu terselesaikanya jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kroeft, L.M. V an der. 1956.population pressure and economi deverloment in indonesia .in J.J. spengler and O.D Duncan. Eds. Demographic analisis. Glencoe, 739-54.
Lembaga pembangunan masyarakat, UGM.1976.Hubungan tranmigrasi dengan keadaan daerah sekitar.yogyakarta:direktorat jendral transmigrasi.
Nie, norman H. 1`975. SPSS Statistical package for the social sciences. New york: MCGraw –hill book company.
Republik indonesia. 1971. repelita tahun 1969/1970/1973/1974. Bandung : doa restu

Jumat, 22 Oktober 2010

Transisi mobilitas di piring dan kadirojo


Transisi mobilitas di piring dan kadirojo

Menyebut “ transisi mobilitas” itu adalah sebelum modern tradisional, sebelum transisi sebelum transisi,.
Chapman (1970, 241) salah satu geographer menguraikan tentang struktur mobilitas penduduk untuk 3 macam social yaitu suku petani, dan eropa amerika. Basis belajar  dua komunitaspulau salamon, penyelengaraan pergerakan disini tiga tipe social persiapan panjang untuk kelanjutan dari bundar menjadi lurus dari diagram presentasi.(chapman 1970, 30) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa social berkembangan ke struktur linear lebih yakni otang-oarng yang pandai selanjutnya. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses modernisasi berpengaruh pada pergerakan penduduk untuk penyelengaraan diberbagai macam social.
Mengenai perubahan social ekonomi suatu tanda kadirojo dan pirintgsama dibeberapa bagian dari jawa. Sejak perang dunia keduakemajuan disektor agricultural, hasil ari pengambilan variasi inovasi, dari penggunaan varietas tanaman tinggi, rata rata produksi padi perhektar dipiring dari 2800 sampai 3500 kg. sejak varietas baru mempunyai tangkai lebih pendek biji terlepat menjadikan mudah orang –orang dapat mengubah metode biasa / umum saat panen. Inovasi di sector agricultural sebagai akibatnya akan berkurang tidak hanya jumlah pegawai local yang tersedia tetapi juga mengubah tanah dan sedikit pemegang tanah mempekerjakan untuk panen selama musim panen, itu dapat memperlemah hubungan dianatara pelanggan dank lien di kadirojo dan piring.
Terbitnya kesejajaran asaspirasi pendidikan rata rata akan menambah angka pengaruh kehidupan jalan ke kota. Penduduk dukuh yang dapat diterima adlah yang mempunyai pendidikan dan berpengetahuan luas dari daerah kadirojo dan piring
Untuk memajukan transportasi maka ada tambahan fasilitas pergerakan penduduk pedalaman didukuhjalan-jalan diperbaiki dam menambah armada bus yang ada yang menghubungkan komunitas pedalamn dengan yang lainya. Perubahan modifikasi pola  pergerakan penduduk untuk kadirojo dan piring. Disini ada peningkatan dramatis erring kelebihan jarak, penbagian karena perbaikan fisik jalan dan seluruh bagiab ketersediaan yang tidak mahal, transport sepeda motor dan minibus.
Sebelum tahun 1972 kebanyakan orang dari piring yang sekolah dan bekerja dibantul tinggal untuk setiap minggu , tetapi sekarang setiap hari. Kebanyakan tinggal di yogyakarta. Atau ketempat lainya unukl periode yang panjang, dan sekarang dapat kembali kerumah.
Beberapa orang di kadirojo dam piring yang dapat diterima kebanyakan berpendidikan formal. Kebanyakan meminta untuk migrasidari dukuh dan memperbaiki standart hidup. Beberapa bergerak untuk ke kota besar seperti Jakarta bandung surabanya dan lain-lain. Untuk daerah yogyakarta daerah pergerakan tidak luas.tetapi pola pergerakan dapat berubah dari comuuting menjadi sirkulasi atau migrasi. Pararel hugos membuktikan tentang pergerakan penduduk dijawa barat dengan nama pola lebar perpindahan penduduk akan dimodofikasi beberapa waktu. Sebelum colonial dia berargument kebanyakan yang berhabitat dijawa barat sulit unutk perubahan agricultural dam mempunyai bentuk sikulasi atau migrasi lokasi tinggi.
Menelusuri perubahn pemeliharaan musim padi basah dan kenbanyakan santai dengan kehidupanya.
Untuk sementara pergerakan keluar desa atau berdagang. Selama colonial beberapa orang dari jawa barat tinggal didesa mereka untuk bekerja dikota atau perkebunan ,beberapa menetap untuk sementara.akibatnya kadirojo dan piring juga. Dijawa barat pola pergerakan populasi diubah untuk lain waktu walaupun tidak ada basisi modifikasi di pergerakan alam, yang mana dapat ditinjau dari berbagai sistem tertutup  dianatra satu pergerakan rumeh dan macam-macam tujuan tempat alternative.
Hubungan antar modernisasi dan tipe perubahan adlah komplek dijaa barat harus mengikuti ketekunan yang semangat dari kota atau Negara barat.